PWMU.CO– Vape atau rokok elektrik mulai digandrungi anak muda sebagai pengganti rokok. Ternyata bahayanya sama saja. Vape bisa menyebabkan gangguan paru.
Contoh kasus di Australia. Laporan abcnews menyebutkan, Dakota Stephenson, remaja berusia 15 tahun dari Sidney mencoba mengisap vaping dengan teman sekolahnya mulai Februari 2021.
Orangtuanya yang bukan perokok tak tahu anaknya memakai e-cigarette itu. Tujuh bulan kemudian yaitu September, dibawa ke rumah sakit dengan ambulans beberapa hari setelah merasakan sakit punggung, kesulitan buang air kecil, muntah-muntah disertai debar jantung yang cepat, suhu 39 derajat, dan sesak nafas.
Semula para dokter menyangka ia kena Covid-19. ”Saat itu ia kesulitan bernafas, semakin parah hingga dibantu ventilator,” kata Natasha Stephenson, ibunya.
Dalam beberapa jam Dakota mengalami hipoksia. Tidak cukup udara yang masuk ke paru-parunya dan menyebabkan pneumonia di kedua parunya.
Dakota kemudian mengaku kepada ibunya jika diam-diam dia mengisap vape selama tujuh bulan ini.
Menyadari bahaya vape dan penggunaannya yang meningkat di kalangan anak muda, Lembaga Pengawas Produk Terapi dan Obat di Australia (Therapeutic Goods Administration) mengumumkan pelarangan penjualan vaping dengan nikotin tanpa resep dokter.
Dokter Jancey dari Universitas Curtin mengatakan, sejak 2013, penggunaan rokok elektrik di Australia meningkat dua kali lipat pada anak usia 14-17 tahun. Hampir tiga kali lipat di kelompok usia 18 hingga 24 tahun. Sementara tingkat merokok telah menurun.
”Kita paham anak muda menganggap produk rokok elektrik relatif tidak berbahaya, tetapi sebenarnya tidak demikian,” katanya.
“Rokok elektrik mengandung karsinogenik, logam berat, dan perasa yang diciptakan untuk dicerna, bukan dihirup,” jelas dia.
Vape juga mengandung tetrahydrocannabinol (lebih dikenal sebagai THC) dari ganja dan vitamin E asetat yang membuat orang ketagihan.
Gejalanya adalah Sindrom Gangguan Pernafasan Akut, kondisi yang memiliki 20 hingga 30 kemungkinan penyebabnya, seperti infeksi atau alergi.
Kandungan nikotinnya berbahaya bagi perkembangan otak remaja, karena membuat gangguan pada fungsi otak dan daya ingat.
Namun masalahnya rokok elektrik dipromosikan secara luas di jejaring sosial oleh produsen dan influencer.
Vape menjadi tren di kalangan remaja di Australia. Penjualan rokok hanya naik 20 persen tapi penjualan vape naik 80 persen.
Rokok elektrik ini menjadi populer karena tersedia dalam berbagai rasa dan harga yang murah dibanding rokok.
Harga sebungkus rokok di Australia 25 dolar (lebih dari Rp 250 ribu).Namun vape yang harganya 15 dolar Australia atau sekitar Rp150 ribu. (*)
Editor Sugeng Purwanto