PWMU.CO – Warna-warni bunga Tabebuya Indahkan Berlian School. Keindahan warna-warni bunganya saat bermekaran bisa dinikmati di SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School). Sesekali, tampak satu per satu bunganya berguguran. Alhasil, jalanan di sekitarnya pun penuh dengan guguran bunga yang menyedapkan mata itu.
Beberapa pohon Tabebuya yang tersebar di area sekolah ini memang tampak menonjol ketika berbunga lebat. Dari jauh, pohon ini terlihat mirip dengan bunga sakura. Berbatang ramping, berpayung daun hijau menyirip, serta warna mencolok bunga terompetnya bermekaran.
Seiring Pertemuan Tatap Muka (PTM) terbatas mulai berlaku akhir Agustus lalu, Tabebuya ikut bermekaran. Seakan menyambut kedatangan para siswa yang kembali hadir di sekolah yang beralamat di Jalan Berlian Pondok Permata Suci Gresik itu.
Bunga Tabebuya justru bermekaran pada musim kemarau yang sedang terik-teriknya. Yaitu sekitar bulan Juli-Agustus atau September-Oktober. Ini sesuai dengan penuturan profesor ekologi dan manajemen lanskap di Kompas.com.
Tabebuya di Berlian School
Penanaman Tabebuya yang tumbuh subur di Sekolah Sehat Nasional ini, berawal ketika Berlian School mulai ikut lomba Lingkungan Sekolah Sehat pada tahun 2017. Kini, pohon Tabebuya tumbuh kokoh di beberapa sudut sekolah.
Pertama, pohon Tabebuya berbunga pink setinggi empat meter tegak berdiri di area taman depan gedung sekolah. Pohon Tabebuya berbunga kuning dengan tinggi sekitar 5,5 meter menghiasi taman dekat parkiran. Ada pula pohon Tabebuya berbunga putih (Tabebuia pallida) dan pink-magenta (Tabebuia rosea) yang berjajar di sepanjang sisi lapangan futsal.
Selain itu, ada pohon Tabebuya berbunga kuning (Tabebuia aurea) di samping green house. Bunga dari pohon inilah yang paling awet mekarnya. Biasanya, ketika bunga dari pohon-pohon lainnya sudah mulai rontok, bunga yang berwarna kuning itu masih bermekaran lebat.
Tanaman Tabebuya
Dikutip dari situs foresteract.com, tanaman ini sejenis pohon yang berasal dari negara Brasil dan termasuk jenis pohon besar. Pohon Tabebuya memiliki banyak kelebihan. Di antaranya, daunnya tidak mudah rontok.
Saat musim berbunga, maka bunganya terlihat sangat indah dan lebat. Akarnya juga tidak merusak rumah atau tembok walau berbatang keras dan bisa mencapai ketinggian sampai 10 meter.
Tanaman Tabebuya memiliki warna bunga beragam. Ada warna kuning dan berbentuk terompet. Ada juga yang berwarna putih, pink, ungu, bahkan merah tua.
Banyak sekali varian Tabebuya dari berbagai negara dalam genus handroanthus. Varian yang sering dijumpai di Indonesia adalah yang berbunga kuning dengan panjang 3-11 sentimeter, berbentuk terompet, dan bergerombol.
“Ketika melihat Tabebuya bermekaran, saya merasa tanaman ini menambah keceriaan suasana. Sambil menunggu anak-anak datang, melihat bunga ini bermekaran, saya tak sabar untuk mengabadikannya.”
Mahzumah
Harapan
Hari di mana Tabebuya bermekaran, guru al-Quran Mahzumah SPdI saat itu bertugas menjadi petugas patrol untuk menyambut anak-anak yang datang ke sekolah. Sambil menunggu kedatangan siswa, dia mengambil foto pohon Tabebuya di sana.
Ustadzah Zumah—sapaan akrabnya—mengatakan, “Ketika melihat Tabebuya bermekaran, saya merasa tanaman ini menambah keceriaan suasana. Sambil menunggu anak-anak datang, melihat bunga ini bermekaran, saya tak sabar untuk mengabadikannya,” ucapnya dengan mata berbinar.
Hal yang sama dirasakan Kepala sekolah Berlian School Fauzuddin Ahmad SPd. Ustadz Ahmad—panggilan akrabnya—mengatakan, “Ketika Tabebuya bermekaran dan bunganya berguguran merupakan pemandangan yang sangat indah di sekolah!”
Walaupun belum ada rencana menambah tanaman Tabebuya, Ustadz Ahmad menyampaikan harapannya melalui analogi, “Berlian School dapat terus menunjukkan kelebihan potensi siswa dan guru sehingga menjadi sekolah yang bisa dikagumi masyarakat, seperti kelebihan bunga Tabebuya dikagumi karena keindahannya bunganya.”
Jika dilihat dari arah timur bangunan Sekolah Literasi ini, pohon Tabebuya di Berlian School tampak berjajar indah di sisi lapangan hijau. Ini tampak memperindah seruan Panglima Soedirman yang terpampang di dinding sekolah, “Sungguh Berat Jadi Kader Muhammadiyah, Jika Ragu dan Bimbang Lebih Baik Pulang!” (*)
Penulis Anita Firlyando Editor Mohammad Nurfatoni