Wasiat Kiai Aries Sudarli Yusuf untuk Jipolmu, oleh Nugraha Hadi Kusuma, Ketua Jipolmu Jatim.
PWMU.CO – Hari ini seakan dunia berhenti sejenak. Seorang yang saya kagumi dipanggil Allah: KH Aries Sudarli Yusuf, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Ponorogo.
Saya ingin flashback, ketika ujung komando jihad politik Muhammadiyah dijalankan Kiai Aries dengan luar biasa: mendatangi satu persatu titik-titik kekuatan politik Muhammadiyah menjadi fondasi yang kokoh.
“Mas Nugroho, Ponorogo itu unik. Bupatinya tidak ada yang bertahan dua periode. Maka Muhammadiyah harus cantik dan elegan mainnya,” ujarnya sambil tersenyum, suatu ketika.
Dari pengajian ke pengajian, kunjungan tokoh, konsolidasi jejaring Muhammadiyah, dan membangun soliditas pemilih, menjadi hari-hari bersama Kiai Aries dan tim Jipolmu Ponorogo.
Ketika Pak Nadjib Hamid dinyatakan tidak masuk dalam formasi Dewan Perwakilam Daerah (DPD) terpilih, Kiai Aries menegaskan, politik itu bukan temporal tetapi kontinuitas.
“Ini baru tahap permulaan Mas. Membangunkan kekuatan politik Muhammadiyah dijalankan itu perlu shock therapy. Lama tertidur gara-gara Orde Baru, sehingga kehilangan kemampuan ekonomi dan politik, perlu dibangkitkan dengan cara ini. Gusti Allah mboten sare. Insyaallah sebentar lagi semua warga kita tahu bagaimana cara dan rasanya menang,” pesannya menyemangati kami, yang diucapkan setelah pengajian di Al Manar di Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Selamat di Antara Gelombang
Ada yang menarik ketika Pilkada Ponorogo tahun 2020, di mana terjadi rivalitas antara calon inkumben Ipong Muchlissoni dan Sugiri Sancoko. Kiai Aries bermain elegan demi terjaganya Persyarikatan. Hampir tiap malam beliau WhatsApp ke saya bagaimana strategi yang terbaik, terutama bagaimana mengayuh di antara dua gelombang besar.
“Ipong waktunya masuk terminal Mas Nugroho, Sugiri waktunya masuk pendopo. Muhammadiyah harus ngantarkan ke terminal dan segera ngatur pendopo,” guyonannya, yang akhirnya menjadi kenyataan.
Maka ditatalah suara dan tetap mengedepankan fatsun dan keadaban politik. Hingga suatu malam Kiai Aries telepon karena diajak salah satu partai ke Jakarta bersama almarhum KH Maftuh Bahrul Ilmi.
Pesan untuk Jipolmu
“Mas Nug, ini bagaimana jika saya mimpin partai?” tanya pria yang aktif memberikan tausiah di salah satu radio viral di Ponorogo ini, suatu waktu.
“Lebih baik jadi pelurus dan penyempurna amanah, seperti slogan Gontor berdiri di atas semua partai saja Kiai,” jawab saya
“Lha Sampeyan?” balas Kiai Aries
Saya menjawab segala sesuatu ada waktu dan tempatnya yang tepat.
“Wonten dawuh Kiai,” jawab saya.
“Jipolmu harus jalan terus sampai Allah menakdirkan para kader menang dan Persyarikatan menjadi jalan indah bagi dakwah kebangsaan,” ujar Kiai Aries.
Inilah percakapan terakhir yang berisi ‘wasiat’ yang berat bagi kami. Semoga Allah mempertemukan kita di surga.
Selamat jalan tokoh yang memiliki segala kekaguman. Allah sungguh menyayangimu sedulur, guru, dan teman setia pada perjuangan ini.
Dari seorang yang dhaif dalam ruang penuh tantangan Jihad Politik Muhammadiyah (Jipolmu) ini. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni