PWMU.CO – Abu Nasir kupas bekal pemimpin masa depan. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan ini mengupasnya pada pembukaan Pelatihan Kader Muda Taruna Melati ( PMKTM) II.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD-IPM) Kota Pasuruan di Pondok Hizbul Wathan, Purwosari, Kabupaten Pasuruan pada Jumat (8/10/2021). Dan diikuti oleh perwakilan IPM dari sekolah dan pesantren Muhammadiyah se-Kota Pasuruan.
Memahami dan Meyakini Manhaj Muhammadiyah
Sebelum membuka acara Drs H Abu Nasir MAg memaparkan tentang tiga bekal pemimpin Muhammadiyah di masa depan. Sebagai generasi dan kader Muhammadiyah, Abu Nasir menyarankan untuk melakukan tiga hal tersebut.
Pertama tafhim al-manhaj wa taiqinihi. Berusaha memahami manhaj Muhammadiyah dan meyakininya. Dan itu sebagai dasar kenapa bergerak dan aktif di Muhammadiyah melalui IPM, termasuk Pemuda. Sebab kalau tidak, anda tidak paham, maka anda akan menjalankan suatu aktivitas yang tidak berdasarkan atas spirit apapun. Dan anda hanya akan mengejar bayang-bayang di masa depan,” ujarnya.
Pemahaman terhadap manhaj, lanjutnya, adalah modal paling dasar dan utama bagi setiap kader Persyarikatan untuk membesarkan umat bangsa, khususnya Muhammadiyah.
“Mengapa? Karena Anda tidak akan bisa yakin kalau tidak mengerti. Dan Anda tidak akan bisa bergerak dengan pasti dan melakukannya dengan penuh kepastian tanpa memahami apa yang anda perjuangktan,” ungkapnya.
Manhaj Muhammadiyah Itu Tengahan
Untuk memperjelas tentang pentingnya pemahaman dan keyakinan terhadap manhaj Muhammadiyyah, dia menganalogikan seorang Muslim yang ragu-ragu melaksanakan shalat. Orang Muslim yang hangat-hangat tai ayam, begitu juga ketika berpuasa. Kalau dia tidak yakin bahwa shalat dan puasanya akan mendapat pahala dari Allah SWT.
“Dan Anda pun akan ragu-ragu keluar dari rumah menuju tempat ini untuk mendapatkan rezeki melimpah yang disediakan oleh Allah dan pahala dari Allah. Ketika Anda tidak yakin buat apa anda ke sini. Dan inilah sekarang yang banyak menghujani generasi muda kita. Sehingga mereka kemudian jatuh ke pelukan ibu ideologi di pasar bebas yang selama ini menggerus keyakinan mereka terhadap suatu ajaran,” paparnya.
Maka, sambungnya, peserta Taruna Melati II perlu untuk selalu memahami dan mempelajari manhaj Muhammadiyah. Karena pemahaman tentang sesuatu mengantarkan seseorang kepada keyakinan. Dan keyakinan membawanya pada sikap ketenangan dan kepastian. Dan pada akhirnya akan mengantarkannya kepada kebahagiaan.
“Manhaj Muhammadiyah adalah tengahan. Tidak estrem kanan dan ekstrem kiri. Tidak ekstrem atas dan ekstrem bawah. Moderasi yang dikembangkan Muhammadiyah bukan moderasi salah kaprah. Dan bukan pula moderasi kebablasan sehingga sampai menyamakan semua agama adalah benar,” tegasnya.
Berorientasi Masa Depan
Kedua at-tawajjuh ila al-mustaqbal. Berorientasi masa depan. Maka semua peserta harus memusatkan pikirannya kepada masa depan. Sekarang Anda di sini, tetapi suatu saat anda tidak di sini lagi. Bisa di kota Pasuruan, bisa di wilayah lain, bahkan bisa di Jakarta.
“Mungkin saat ini ada orang yang melecehkan. Dan menganggap rendah anda buat apa ini dan lain sebagainya. Mungkin Anda melihat saat ini anda tidak butuh datang ke acara ini, tidak butuh organisaasi. Tetapi sebenarnya acara hari ini bukan untuk saat ini. Semua yang kita lakukan adalah proses menuju pada masa depan. Maka fokuskan untuk ke sana,” pesannya.
Ketika ada orang yang tidak memperhatikan kita, atau melecehkan kita, jangan terburu-buru untuk menyalahkan orang lain. Tetapi hendaklah kita melihat diri kita sendiri. Ibarat tanaman yang tumbuh di kanan-kirinya rumput-rumput. Tanaman tersebut tidak bisa melarang rumput tumbuh, karena rumput akan terus bertumbuh.
“Maka jadilah seperti tanaman yang tumbuh dan tinggi ke atas dengan daunnya yang ngrampyak-ngrampyak, akar yang kuat, cabang ranting yang kokoh. Dan kemudian rumput yang ada di sekitarnya akan kering-kerontang dengan sendirinya,” jelasnya.
Menurutnya apa yang akan dilakukan seseorang di masa depan, sangat ditentukan oleh aktivitas dan gerakan yang dijalani saat ini. Coba bayangkan. Anak-anak dan generasi muda yang menghabiskan waktunya hanya untuk sekadar bermain gawai, nongkrong di warung-warung, dan menghabiskan pikirannya untuk sesuatu yang tidak berharga.
“Mereka tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan anak yang rajin membaca, mengkaji dan sering melakukan diskusi di antara mereka. Di antara keduanya, yang terakhirlah yang akan memimpin negara ini. Jadi jangan lupakan. Mungkin saat ini anda sedang seperti ini keadaannya, tetapi masa depan anda akan lebih baik,” terangnya.
Berlatih Memimpin dan Manajemen
Ketiga tadrib al-qiyadah wa munadzamah wa idarah wa teknikiha. Artinya terus berlatih manajemen, kepemimpinan, organisasi, dan tekhnis-tekhnisnya. Proses kepemimpinan harus terus-menerus ditingkatkan oleh seseorang sampai ia wafat.
“Sebagaimana Rasulullah terus menerus memimpin dan menjadi pemimpin sampai akhir hayatnya. Sebagai manusia biasa, Nabi Muhammad pernah melakukan kesalahan dan kemudian ditegur oleh Allah. Dan itu adalah hal yang biasa sebagai proses untuk menjadi pemimpin yang baik,” urainya.
Menjadi seorang pemimpin, ujarnya, tidak boleh berhenti berlatih dan merasa cukup. Pemimpin harus menjadi orang yang pertama kali mengerjakan apa yang dia katakan. Dan memastikan bahwa dia bisa mengerjakan semuanya, tidak boleh dipilah-pilah, kecuali satu hal yang secara tekhnis dia tidak bisa mengerjakannya.
“Pemimpin harus lebih dulu tahu tentang sesuatu yang ia pimpin dan bisa mengerjakannya. Karena pemimpin mempunyai kewajiban show the way (menunjukkan jalan). Dia akan menunjukkan jalan kepada anak buahnya bagaimana bergerak,” jelasnya.
“Seorang pemimpin harus mampu berkomunikasi dengan baik, berkolaborasi dengan baik dan menempatkan sesuatu secara proporsional,” tambahnya.
Belajar Manajemen Sebelum Berorganisasi
Dia menyarankan kepada seluruh peserta Taruna Melati II untuk belajar manajemen sebelum belajar berorganisasai. Prinsip-prinsip manajemen itu ada empat. Planning, Oorganizing, actuating dan controlling. Dan keempat prinsip manajemen tersebut tidak bisa dikuatkan salah satu dan ditingggalkan unsur yang lain. Semuanya harus mendapatkan perhatian yang proporsional.
“Seorang yang bisa melakukan perencanaan (planning) dengan baik, belum tentu menjadi jaminan bisa melaksanakannya, kalau dia hanya mengorganisir pada satu atau dua kelompok saja. Begitu juga ketika sudah berorganisasi dan mencoba untuk menjalankannya, seseorang akan gagal dan jatuh kalau tidak bisa melakukan kontroling,” paparnya.
Oleh sebab itu, menurutnya, kelemahan seorang pemimpin adalah dia merasa sudah melakukan ini dan itu. Lalu duduk dan diam, tinggal instruksi tanpa melihat dan mengontrol sampai di mana progress pelaksanaan rencana (actuating) yang dilakukan.
Manajemen tersebut tidak cukup hanya dihafal, tapi bagaimana hal tersebut dijalankan. Siapa melakukan apa dan apa tupoksi (tugas pokok, fungsi) dan wewenangnya. Banyak terjadi perselisihan, tumpang tindih, salah faham, berkelahi dan saling ejek dalam sebuah organisasi hanya karena salah menempatkan posisi (dismanajemen of authority),” tuturnya.
Abu Nasir kupas bekal pemimpin masa depan. Penulis Dadang Prabowo. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.