PWMU.CO – Asyiknya School Culture di SD Muhammadiyah 2 GKB. Delapan ustadzah berseragam batik Forum Guru Muhammadiyah warna biru menyambut para tamu spesial Berlian School dengan senyuman hangat dan sapaan ceria, Rabu (13/10/2021) sore.
Mereka anak-anak TK yang telah mendaftar sebagai calon siswa kelas I SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School) tahun pelajaran 2022-2023. Kegiatan digelar dengan menerapkan berbagai protokol kesehatan yang ketat. Salah satunya, para ustadzah mengecek suhu badan anak bersama orangtuanya yang ikut mengantar dan menunggu di area lapangan sekolah.
Setelah berbaris di lapangan, anak-anak antusias senam ‘Baby Shark’ bersama, meskipun jarak di antara mereka diatur renggang-renggang. Kehadiran empat guru wali kelas I ikut menyemarakkan suasana. Mereka tak kalah lincah saat menirukan gerakan senam hiu kecil.
Eksperimen di Kelompok Kecil
Selanjutnya, di tengah keceriaan sore itu, pembawa acara Zaitun Nailiyah SPsi membagi anak-anak ke dalam empat kelompok kecil disertai gurauan dan aneka tepukan pembangkit semangat. “Mana semangatmu?” tanya Ustadzah Lely—sapaan akrabnya—dengan lantang.
“Ini semangatku!” jawab anak-anak serentak. Dari kerutan dan binar matanya, anak-anak tampak tersenyum dan tertawa di balik maskernya. Seolah mereka lupa, beberapa menit sebelumnya, sebagian masih menggandeng erat tangan orangtua.
Bersama guru dan teman di kelompok kecil itulah mereka melakukan eksperimen Lava Lamp. Sebelumnya, di masing-masing kelas, anak-anak juga diajak melakukan pembiasaan ibadah: berdoa dan murajaah surat pendek. Para wali kelas mendampingi mereka.
Di ujung acara, menjelang pulang pukul 15.45 WIB, Ustadzah Lely bertanya, “Siapa yang mau dapat hadiah?”
“Saya! Saya! Saya!” Mereka bersahutan sambil angkat tangan.
Melihat semangat mereka, Ustadzah Ika sang guru pendamping di kelas, bersiap membagikan sepakat hadiah. Akhirnya, anak-anak lelaki pulang dengan menenteng tas kuning, sedangkan anak-anak perempuan menenteng tas pink.
Ketagihan Eksperimen di SD
Kegiatan serupa berlangsung selama tiga hari, sejak Senin (11/10/21). Kegiatannya sama, tapi para pesertanya berbeda. Panitia sengaja membagi tiga gelombang untuk meminimalkan jumlah peserta dan menghindari kerumunan.
Di hari kedua, Selasa (12/10/21), keajaiban terjadi. Dua anak bernama Ahsan Rahmansyah dan Muhammad Ilham Rafif kembali hadir di Berlian School. Karena sangat antusias dan senang ikut di hari pertama, dua siswa TK ABA 40 PPS dan TK Muslimat NU itu ikut lagi di hari berikutnya. “Mereka ketagihan belajar di SD, bikin eksperimen,” tutur Ustadzah Heny.
Lagi-lagi, mereka antusias ikut hingga akhir kegiatan dan berharap besok bisa ikut lagi. Menjelang waktu pulang, Ustadzah Saidah—wali kelas I sekaligus pendamping kelompok semut—dan Ustadzah Lely—pendamping kelompok gajah—menyampaikan, “Anak-anak besok libur ya!”
Selain itu, agar anak-anak tidak kecewa, mereka dianjurkan melakukan percobaan sendiri di rumah bersama orangtua. Saran ini ternyata membuat anak lain ikut ketagihan.
Muhammad Gilang Ardhani terus menceritakan Lava Lamp kepada ibunda. Melihat antusiasme anaknya, bunda Gilang sampai membeli sekotak permen untuk melakukan percobaan lagi di rumah.
“Enggeh niki putra kulo cerita terus, langsung minta praktik lagi ustadzah. Praktek terus, sampai beli satu kotak (permen) sisa dua bungkus, senang sekali,” ungkap Winarni Kusumaningsih, bunda Gilang melalui WhatsApp, Selasa (12/10/21) malam.
Lain cerita dari siswa TK Roudlotun Nafilah Peganden Manyar Almahyra Kirana Romli. Usai tiba di rumah, sore itu dia tiba-tiba bilang, “Ma, aku gak mau sekolah TK lagi, aku mau sekolah SD aja!”
Mamanya, Anita Firlyando SPd, langsung memberi pengertian kepada anak ketiganya itu, “Kalau mau sekolah SD, harus menyelesaikan sekolah TK dulu, gak bisa langsung sekolah SD.”
Akrab, Melekat di Hati
Melalui serangkaian kegiatan “School Culture” ini, Ustadzah Heny—sapaan akrabnya—berharap, calon siswa dan wali siswa lebih mengenal budaya Sekolah Sehat Nasional itu. “Setelah tahu budaya di sini, semoga Berlian School semakin melekat di hati anak-anak maupun calon wali siswa,” ungkapnya.
Selain itu, berdasarkan pengamatannya—meski kegiatan hanya berlangsung terbatas selama satu jam—telah terbentuk keakraban dari komunikasi yang terjalin. “Ikatan antara ustadzah, calon siswa, serta wali siswa jadi dekat,” tambahnya.
Kemudian, melalui pengenalan berbagai suasana belajar yang menyenangkan di Sekolah Literasi ini, harapannya anak-anak sudah belajar beradaptasi sejak sebelum masuk sekolah. Dengan begitu, lanjut Ustadzah Heny, saat tahun ajaran baru tiba nantinya, anak-anak kelas I sudah tidak kaget lagi dengan suasana belajar di sekolah dasar (SD).
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni