PWMU.CO – Membangun peradaban Islam seperti contoh Nabi Muhammad, yakni perubahan ideologi, revolusi pemikiran, dan reformasi peradaban.
Hal tersebut dikatakan Ustadz H Rofi’ Munawar Lc, dalam Pengajian Rutin Jumat Wage, Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat, Lamongan, Jumat (15/10/21).
Ustadz Rofi’ Munawar mengingatkan diri dan jamaah dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. “Karena kita perlu mengevaluasi sejauh mana kualitas keteladanan kita kepada Rasul dalam segala lini kehidupan,” ujarnya.
Di awal kajiannya, Rofi’ mengangkat buku “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah” karya Michael H Hart (1978). “Pada buku tersebut Hart yang seorang kristiani menempatkan Nabi Muhammad sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia pada urutan pertama,” ungkapnya.
Buku tersebut, kata dia, tidak begitu saja diterima oleh semua pihak dengan mudah. “Justru banyaknya tekanan untuk mengubah urutan tersebut dialami sang penulis. Meski terjadi revisi beberapa kali, posisi teratas orang paling berpengaruh tak bisa tergantikan,” tutur Rofi’.
Menurut Rofi’, ada dua alasan yang paling kuat mengapa Hart tetap teguh menempatkan Nabi Muhammad SAW di urutan teratas. “Pertama karena Nabi Muhammad adalah seorang pemimpin agama yang juga seorang pemimpin dunia. Hal ini tidak ditemukan pada tokoh-tokoh lainnya. Kedua adalah, tidak butuh waktu lama bagi Nabi Muhammad SAW untuk mengubah dan membangun peradaban Islam,” jelasnya.
Tiga Perubahan
Belajar dari hal tersebut, sambungnya, maka ada tiga agenda perubahan untuk membangun peradaban Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. “Yakni perubahan ideologi, revolusi pemikiran, dan reformasi peradaban,” ujarnya.
Pertama adalah perubahan ideologi. Masyarakat Arab yang kala itu menganut politeisme, menyembah berhala dengan berbagai macam jenisnya, diubah menjadi monoteisme yang menganut Tuhan yang satu yaitu ideologi tauhid.
“Ideologi politeisme yang dianut bangsa Arab justru merusak kecerdasan bangsa Arab yang dikenal sebagai bangsa yang cerdas. Maka, ideologi tauhid mengembalikan kecerdasan berpikir bangsa Arab sehingga menjadi sebuah peradaban. Spirit perjuangan tauhid harus kita sampaikan sebagai agenda besar umat Islam,” tutur Rofi’.
Kedua, agenda yang perlu dibangun adalah revolusi pemikiran. Rasulullah mengajarkan kepada bangsa Arab untuk tidak taklid. “Artinya, mengistirahatkan pemikiran dengan berserah diri mengikuti pada kebiasaan dan kebudayaan kaum-kaum terdahulu,” terangnya.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan untuk mengikuti ajarannya dengan dasar pemikiran yang berlandaskan pada al-Quran dan al-Hadits. Hal ini sejalan dengan apa yang dicontohkan oleh KH Ahmad Dahlan, mengajak masyarakat Kauman, Yogyakarta kala itu hingga mendirikan persyarikatan Muhammadiyah. “Maka jangan sampai kita ini berhenti berpikir dengan menerima apa adanya,” jelas Rofi’ Munawar.
Agenda besar perubahan ketiga adalah reformasi peradaban atau mereformasi orang. Sebagai muslim yang menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, seluruh ibadah dalam Islam yang kita lakukan memiliki efek moral. “Sehingga semakin baik ibadah seseorang harusnya berbanding lurus dengan tingkat moralitas yang juga semakin baik,” tuturnya.
Kunci Keberhasilan
Inilah yang menjadi kunci keberhasilan Nabi Muhammad SAW mengubah peradaban bangsa Arab yang sebelumnya terburuk menjadi peradaban Islam. Contohnya, dalam al-Quran perintah shalat memberi efek moral mencegah perbuatan munkar.
“Seperti termaktub dalam QS al-Ankabut ayat 45. Perintah zakat membuat efek moral membersihkan diri dan sucikan jiwa sebagaimana dalam QS a- Taubah ayat 103. Tugas kita bersama saat ini adalah perbaikan moral masyarakat,” tandas Rofi’.
Pengajian Rutin Jumat Wage diadakan kembali setelah beberapa bulan diliburkan seiring pandemi Covid-19 yang meningkat. Bertempat di Masjid Ihyaus Sunnah MI Muhammadiyah 04 Moropelang, yang merupakan salah satu amal usaha milik Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Moropelang, Babat, Lamongan. Pengajian Jumat Wage yang rutin diampu KH Nadjih Ihsan, kali ini mendapat kesempatan variasi yang berbeda dengan kedatangan Ustadz H Rofi’ Munawar Lc. (*)
Penulis Eko Hijrahyanto Erkasi. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.