PWMU.CO – Perempuan Harus Berani Memimpin Gerakan. Hal itu terungkap dalam Diksuswati (Pendidikan Khusus Immawati) yang digelar Bidang Immawati Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Gresik, di TK Aisyiyah 42 Perumahan Graha Bunder Asri (GBA), Gresik, Sabtu–Ahad (16-17/10/2021).
Salah satu materi dalam Diksuswati bertema “Asimilasi Immawati dalam Gerakan sebagai Pelangsung Peradaban” ini disampaikan Dewi Musdalifah, guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik.
Membawakan materi “Peran Tokoh Perempuan dalam Islam” dia mengutip Surat al-Baqarah ayat 30 yang menjadi dasar Allah menjadikan manusia—laki-laki dan perempuan—sebagai pemimpin (khalifah) di muka bumi: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’.”
Menurut Dewi, khalifah di situ tak hanya bermakna laki-laki. “Sehingga tidak menjadi alasan ketika Immawati tidak boleh menyuarakan pendapatnya atau memimpin suatu kaum berkemajuan dalam pergerakan peradaban bangsanya,” ucapnya.
Dewi memberi contoh istri Rasulullah SAW, Siti Khadijah sebagai figur tokoh perempuan utama dalam Islam yang patut diteladani. “Tidak hanya akhlaknya yang mulia sehingga mampu menjaga kehormatannya, tetapi Ibunda Khadijah juga menjadi pedagang perempuan paling sukses pada masanya,” ujarnya.
“Dan mempunyai pengetahuan dan kecendasan yang luar biasa selama 25 tahun mendampingi Rasullah Muhammad pada masa-masa sulit,” tambahnya.
Suarakan Persoalan Umat
Penulis buku Kembara Kumpulan Pusis itu mengatakan, dalam proses berorganisasi Immawati dituntut untuk mampu menyuarakan pendapat menyangkut persoalan-persoalan umat.
“Bukan yang hanya bisa diandalkan dalam peran konsumsi dan peran kecil lainnya, tetapi Immawati juga harus memiliki keberanian memimpin suatu pergerakan. Dalam hal ini, meningkatkan pengetahuan dan kapasitas diri menjadi keniscayaan,” pesannya.
Program Berbasis Riset
Dewi juga minta Immawati membangun kepercayaan diri. Dia mencontohkan dirinya sendiri. “Ketika diminta membicarakan sebuah materi, saya tidak mau berbicara tentang apa yang tidak saya ketahui, harus punya bekal sehingga saya tidak ragu dan salah dalam menyampaikan sesuatu,” ungkapnya.
Hal ini dia sampaikan, karena banyak perempuan yang memilih diam karena merasa insecure alias tidak percaya diri dan takut salah berargumen.
Dewi juga meminta Immawati membuat program yang berbasisi riset, sehingga program yang dirancang sesuai apa yang dibutuhkan oleh masyarakat di lingkungannya, “Bukan hanya sebatas keinginan dan kebutuhan anggota organisasi,” ucapnya. (*)
Penulis Nurul Azizah Editor Mohammad Nurfatoni