Haedar Nashir: Jadikan Nabi sebagai Panutan dalam Membangun Peradaban, Refleksi Maulid Nabi oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
PWMU.CO – Memperingati kelahiran Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam merupakan momentum bersejarah bagi umat Islam untuk menjadikan Rasulullah sebagai uswah hasanah dalam seluruh kehidupan.
Nabi adalah sosok utama dari praktik luhur ajaran akhlak mulia dan penebar rahmat bagi semesta alam. Baginda Nabi adalah rasul yang membumi untuk mencerahkan kehidupan umat manusia sejagad dan menebar segala kebaikan (rahmat) di alam semesta. Beliau, Nabi dan Rasul akhir zaman yang menjadi pencerah peradaban sepanjang zaman.
Ketika kaum Muslimin merayakan dan memperingati milad atau kelahiran Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam dalam tradisi maulid, sebagai hal yang baik. Namun jangan berhenti pada aspek ritual seremonial tetapi menjadikannya sebagai peristiwa sarat hikmah dan makna.
Tiga Rujukan dari Nabi
Apa yang mesti dijadikan rujukan terpenting dari Nabi agung akhir zaman tersebut? Pertama, bagi kaum Muslim sebagai mayoritas penduduk di negeri ini, mari kita praktikkan Islam sebagai agama rahmat semesta alam yang menebar kebaikan, keluhuran, perdamaian, persatuan dan nilai-nilai utama dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan kemanusiaan di ranah global.
Kedua, agar umat Islam membangun peradaban mulia sesuai risalah Nabi Muhammad. Kami percaya ketika kaum Muslimin menjadi umat yang berada di garda depan dalam mewujudkan nilai-nilai kebaikan, keluhuran, kebenaran, keadilan, kesatuan dan keutamaan dalam kehidupan, maka otomatis kaum Muslim menjadi pengikut Nabi Muhammad yang meniru dan meneladani uswah hasanah.
Nabi selama 23 tahun berhasil membangun bangsa Arab yang jahiliah menjadi bangsa yang berperadaban maju dan mencerahkan sebagaimana tercermin dalam simbol al-Madinah al-Munawwarah.
Dari situ Islam tampil menjadi suluh peradaban utama di dunia selama lebih enam abad di era kejayaan Islam. Era keemasan Islam itu harus menjadi inspirasi bagi umat Islam saat ini ketika memperingati kelahiran Nabi, bukan sekadar seremonial.
Islam sebagai Kanopi Suci
Ketiga, mempraktikkan Islam sebagai kanopi suci kehidupan yang serbabaik, luhur, dan membawa kebahagiaan sejati hidup di dunia dan akhirat.
Sifat utama dalam diri Nabi Muhammad seperti penyebar perdamaian, pemersatu umat, dan penyebar nilai luhur yang beriringan antara nilai Ilahiah dan kemanusiaan wajib ditampilkan oleh umatnya harus dipraktikkan kaum Muslimin saat ini.
Kehadiran kaum Muslim dalam keragamannya maupun umat beragama pada umumnya tentu harus menjadi kekuatan yang menjadi kanopi suci, menjadi peneduh, pendamai, dan pemersatu. Sekaligus juga mengantarkan bangsa ini dalam keragaman menjadi bangsa yang berkemajuan dengan nilai-nilai luhur itu sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar, bersaing, dengan bangsa lain, berkemajuan dengan nilai-nilai utama agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa.
Karenanya jadikan momentum maulid Nabi itu sebagai transformasi ruhaniah, pemikiran, dan orientasi tindakan seluruh kaum Muslim untuk menjadikan Rasulullah sebagai role model utama khaira ummah yang menebar rahmat bagi semesta alam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni