PWMU.CO – Vicky yang Mana? Banyak loh Nama Itu di Sini. Pertanyaan itu disampaikan Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni pada salah satu peserta Webinar Penulisan Berita bertema “Menulis Berita Semudah Bercerita”.
Webinar yang diselenggarakan oleh SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik secara daring melalui Zoom, Sabtu (23/10/2021), itu diikuti oleh guru, siswa Passion Literasi, dan wartawan muda Smamsatu.
Fatoni, sapaan akrabnya, memulai materi dengan mengatakan bercerita adalah hal yang disukai oleh masyarakat. Itu terbukti acara bercerita tentang publik figur—misalnya infotaintment di televisi—banyak ditonton oleh pemirsa.
Bahkan bercerita itu sendiri menjadi bagian tradisi masyarakat, meski banyak yang berpotensi negatif jatuh menjadi ‘tradisi’ rasan-rasan atau ngerumpi, seperti acara infotaintment dan gosip lainnya.
Tapi Fatoni tidak mengajak mengambil sisi negatif dari bercerita seperti itu. Dia ingin menyampaikan bahwa semua orang pada dasarnya mudah bercerita. Dan menurutnya—ini yang perlu digalakkan—ternyata menulis berita itu semudah bercerita. “Karena pada dasarnya berita adalah bercerita,” ungkapnya.
Untuk membuktikan ‘teorinya’ itu Direktur Kanzun Book itu meminta peserta bercerita tentang sambutan yang telah disampaikan di awal acara oleh Waka Humas Smamsatu Gresik Akhmad Akmal Rifqi SPd dan Kepala Perpustakaan Treas Mentari Smamsatu Gresik Estu Rahayu SAg.
Nama Vicky Banyak
Sebagai salah satu peserta: M. Ali Safa’at SPd—Guru Bahasa Inggris Smamsatu Gresik—mencoba bercerita tentang apa yang disampaikan oleh Mr Vicky, sapaan akrab Akhmad Akmal Rifqi. Dan dalam ceritanya, Ali menyebutkan Akhmad Akmal Rifqi dengan sebutan Pak Vicky. Inilah yang akhirnya mendapatkan komentar dari Fatoni.
Menurutnya, dalam menulis sebuah berita, siapa atau who-nya harus jelas. Nama orangnya harus jelas. Demikian pula jabatannya.
“Di sini Vicky siapa? Nama Vicky itu sak bajek, ada banyak. Ada Vicky Burki, Vicky Prasetyo, dan lain-lain,” katanya.
Jadi sebagai narasumber yang diceritakan, Vicky itu harus jelas merujuk ke seseorang yang dapat diverivikasi datanya. “Nama nara sumber harus ditulis lengkap,” ujarnya. Dia menambahkan, kalaupun ditulis nama panggilannya, harus ditulis dulu siapa nama lengkapnya.
Selain siapa (who), unsur dasar jurnalistik lainnya juga harus lengkap yaitu kapan (when), di mana (where), dan apa (what) atau nama peristiwanya. Itu semua harus dilengkapi dalam cerita dan atau berita.
Menurut bekas guru Biologi itu, semua kelengkapan itu penting agar cerita atau berita akurat, kredibel, dan tidak bias. Dia mencontohkan, seandainya, ada yang meviralkan lagi berita kenaikan BBM. Jika misalnya berita yang ditulis lima tahun lalu itu tanpa keterangan kapan, maka bisa bias, karena bisa saja dianggap berita saat ini.
“Kontennya benar tapi beritanya sudah kedaluwarsa. Ini bisa disebtu juga Berita hoax,” ujarnya. Dia mengingatkan, meski terlihat remeh, tapi hal-hal itu penting untuk akurasi kebenaran dan keakuratan berita.
Setelah itu, untuk bercerita atau menulis berita yang lebih mendalam penulis bisa menggali why (mengapa) dan how bagaimana peristiwa itu terjadi. Menggali dua unsur itu untuk menghindari berita sekadar pamflet, pengumuman belaka.
“Karena itu gagasan-gagasan Mr Vicky yang menarik tentang pentingan penulisan berita itu harus digali,” pesannya.
Setelah menjelaskan unsur-unsur mendasar jurnalistik itu, di sesi kedua, Fatoni menyampaikan kiat menulis berita yang enak dibaca dan mudah dicari di mesin pencarian semacam Google. (*)
Penulis M. Ali Safa’at. Berita ini merupakan hasil tugas praktik menulis oleh peserta.