PWMU.CO – Percepat penurunan stunting, Dinkes Banyuwangi distribusi taburia. Hal itu terungkap saat pertemuan tentang Zat Gizi Mikro pada Lintas Sektor dan Kelompok Potensial di Aula Dr Rasyad Oesman Dinas Kesehatan Banyuwangi.
Kegiatan yang digelar pada Senin (25/10/2021) dihadiri sekitar 40 peserta. Terdiri utusan PKK kecamatan se-Kabupaten Banyuwangi, utusan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Banyuwangi dan utusan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Banyuwangi.
Juga hadir utusan PC Fatayat NU, PC Muslimat NU, Forum Banyuwangi Sehat (FBS), Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Ikatan Bidan Indonesia, pengelola Kartu Identitas Anak (KIA) Banyuwangi dan utusan pengelola program Promkes Kabupaten Banyuwangi.
Pengelola Program Gizi Keluarga Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banyuwangi Rahayu Siswati menjelaskan isu prioritas dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi
“Yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya penurunan stunting,” ujarnya.
Strategi dan Tantangan Penurunan Stunting
Secara garis besar, lanjutnya, penanggulangan penurunan stunting itu ada dua. Yaitu intervensi gizi sensitif dan intervensi gizi spesifik.
“Strategi pencegahan dan penanganan stunting di Jatim adalah sosialisai gizi seimbang, intervensi 1000 hari pertama kehidupan, penataan lingkungan sehat dan pola hidup bersih sehat (PHBS). Juga pencegahan penyakit, akses makanan sehat, penguatan layanan kesmas tingkat desa dan pemantauan tumbuh kembang,” jelasnya.
Menurutnya ada beberapa tantangan dalam percepatan penurunan stunting. Diantaranya komitmen dan dukungan berkelanjutan, pengetahuan dan pendidikan gizi;
“Juga koordinasi dan integrasi intervensi gizi, kapasitas dan kualitas pelaksana program, upaya advokasi, kampanye pendidikan gizi, konseling dan diseminasi informasi,” ungkapnya.
Salah satu upaya, sambungnya, dalam percepatan penurunan stunting diprogramkan taburia yang didistribusikan ke puskesmas-puskesmas se-Kabupaten Banyuwangi.
“Taburia merupakan tambahan multivitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh kembang balita usia 6 bulan sampai 23 bulan. Pemberian taburia ini diprioritaskan kepada balita yang mempunyai berat badan kurang pada usia 6-23 bulan,” terangnya.
“Adapun manfaat taburia yaitu meningkatkan nafsu makan, mempertahankan atau meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah sakit. Juga mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal, mencegah terjadinya anemia (kurang darah) sehingga balita lebih aktif, cerdas dan ceria,” tambahnya.
Dia menegaskan pemakaian taburia harus mengikuti petunjuk yang telah diberikan. Jangan mencampurkan taburia pada dua jenis makanan ini.
“Pertama makanan berair seperti sayuran berkuah dan minuman (air, teh, susu) karena akan mengubah warna makanan dan dikhawatirkan sasaran tidak dapat menghabiskan. Kedua jangan dicampur makanan panas karena akan menimbulkan rasa dan bau yang kurang enak,” paparnya. (*)
Penulis Roudhotul Jannah. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni