PWMU.CO– Jam kunjungan wali santri SPEAM (Sekolah Pesantren Entrepreneur Al Maun Muhammadiyah) tiap Ahad menjadi peluang bisnis bagi santri baru.
Jam kunjungan wali santri dibuka kembali oleh Pimpinan SPEAM mulai bulan September setelah sebelumnya meniadakan untuk menghindari klaster Covid-19 di pesantren.
Dibukanya kunjungan wali santri membuat senang para santri dan orangtuanya terutama santri baru kelas 7 SMP SPEAM tahun pelajaran 2021-2022.
Pengalaman pertama menjadi santri memaksa mereka beradaptasi dengan komunitas dan kebiasaan baru. Salah satunya berlatih terbiasa jauh dari orang tua. Ini menjadi pengalaman terberat bagi mayoritas santri baru.
Di bulan awal pemandangan setiap sore di jam buka wartel, santri-santri baru berlarian menuju rumah petugas wartel untuk antre menggunakan handphone.
Terlihat dari kejauhan santri baru menelepon di sekitar gazebo sambil menunduk sesenggukan. Usai menelepon mereka kembali ke petugas wartel untuk membayar dengan muka masih sedih.
”Lho, kenapa sedih gitu?” tanya Rini Handayani, petugas wartel.
”Saya rindu orangtua, Ustadzah,” jawab santri baru yang berasal dari Pasuruan.
Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman, tangisan santri baru berubah menjadi gagasan. Gagasan memanfaatkan kesempatan kunjungan.
Santri baru yang lazimnya berlama-lama menelepon di hari Ahad sekarang berbalik menjadi dinamis, giat ber-entrepreneur menjajakan masakan kepada para wali santri yang sedang berkunjung.
Mereka asyik berbagi tugas. Ada yang bertugas menyiapkan lapak di lapangan olahraga, mengambil peralatan masak, mengangkat galon air, serta mencatat dan menghitung uang hasil jualan.
Yusuf dan Fathir, santri baru asal Pasuruan dan Probolinggo ini bergantian mendatangi Ustadzah Rini guru tata boga untuk meminjam peralatan masak yang masih belum lengkap seperti pisau, spatula, dan baskom.
Kegembiraan dan optimismistik tampak dari wajah mereka. Uang yang mereka dapat dari hasil jualan dikumpulkan dan dicatat setiap pekan untuk menambah uang kas kelas dan modal jualan berikutnya.
”Kemarin buat es cendol dan tahu bakso. Tahu baksonya laku tapi esnya tidak. Kurang manis kebanyakan air,” cerita Galih, santri baru dari Gresik.
Penulis Rozzaqul Hasan Editor Sugeng Purwanto