PWMU.CO– Islam dan fitrah manusia dikupas tuntas oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Dr KH Saad Ibrahim dalam kajian Ahad pagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan.
Kajian diadakan oleh Majelis Tabligh PDM di halaman SMA Muhammadiyah 1 Kota Pasuruan, Ahad (6/11/21).
Acara tersebut dihadiri oleh warga, guru dan karyawan Amal Usaha Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Aisyiyah dan pengurus Organisasi Otonom (Ortom) PDM Kota Pasuruan.
Mengawali pengajian, Saad menukil surat Ali Imran ayat 19 اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ
Sesungguhnya agama di sisi Allah itu adalah Islam.
”Apa Islam itu?” tanya Saad. ”Menurut tafsir al-Tabari, makna Islam dan al-Din (agama) adalah al-inqiyad bi ta’atillah wa al-tadzalluli wa-alkhudhu’i lillah. Artinya, menegakkan, menjaga, mengedepankan, mengutamakan taat kepada Allah seraya merendahkan diri serendah-rendahnya dan menundukkan diri serendah-rendahnya,” terang Saad Ibrahim.
Kemudian al-Islam, menurut Saad juga dimaknai syahadatullahi, bersyahadat bahwa Allah adalah Tuhan Yang Mahaesa kemudian melaksanakan seluruh apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah.
Di dalam hadits riwayat muslim, Nabi menyatakan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
Demi Allah, siapapun dari umat ini, baik Yahudi dan Nashrani yang telah mendengar akan aku, mendengar Nabi bernama Muhammad dengan membawa risalah Islam ini, lalu orang tersebut meninggal dalam keadaan tidak beriman kepada apa yang aku diutus (Islam), tidak lain orang tersebut akan menjadi ahli neraka.
Menurut Saad, sebelum Nabi Muhammad, sejak Nabi Adam agamanya adalah Islam dan selama masih lurus dalam konteks tauhidnya, maka mereka akan diterima amalnya oleh Allah, setidaknya tidak menjadi penghuni nereka untuk selama-lamanya.
”Tapi begitu memasuki kerasulan Nabi Muhammad, maka tidak boleh lagi yang lain, kecuali beragama Islam. Yakni Islam yang dibawa, dilengkapi, disempurnakan oleh risalah Nabi Muhammad,” tandasnya.
Agama sebagai Petunjuk
Kata agama, menurut Saad, adalah sebagai petunjuk Allah, melengkapi petunjuk Allah yang built in dalam diri manusia. Jadi di samping al-Islam sebagai hudan (petunjuk). Pada diri manusia sudah dilengkapi dengan petunjuk Allah yang nempel yaitu fitrah. Jadi Islam dan fitrah satu rakitan.
فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ
Fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.
”Apa itu fitrah manusia?” tanya Saad. ”Yaitu ketika pertama kali manusia diciptakan, built in di dalamnya: kecenderungan untuk semata-mata menyembah Allah, kecenderungan bertauhid,” jelas dosen UIN Maulana Malik Ibrahim ini.
Saad melanjutkan, manusia diciptakan dan disertakan dalam konsep penciptaan tersebut kecenderungan kepada kebenaran, kebaikan dan keindahan. Dan petunjuk ini berada di dalam dan nempel di tubuh manusia. Karena Allah bermurah hati, maka ditambah dengan petunjuk yang berasal dari luar diri kita, namanya al-Islam.
”Maka tugas manusia adalah menyatukan antara petunjuk dalam dan petunjuk luar, menyatukan antara Islam dan fitrah. Fitrah manusia cenderung pada kebenaran maka kebenaran itu ada pada al-Islam itu. Fitrah manusia cenderung pada kebaikan, maka kebaikan ada pada al-Islam begitu juga kecenderungan pada keindahan maka keindahan itu ada pada al-Islam. Dan puncaknya adalah menyatukan kecenderungan tauhid dengan ajaran tauhid yang ada di agama ini,” jelas Saad.
Oleh karena itu, menurut Saad, betapapun kondisi kita saat ini, kita harus bersyukur kepada Allah, karena sudah diberi oleh Allah hidayah dan taufik. Soal hidup sengsara di duni, nanti di akhirat tidak sangat berarti ketika akhirnya oleh Allah dimasukkan ke surga. Sebagai contoh ada orang yang hidupnya sejak anak-anak dan bayi dalam keadaan cacat. Bagaimanapun cacatnya selama dia muslim maka dia punya kebaikan besar di akhirat. Maka kekayaan besar umat Islam adalah iman dan Islam.
Menurut Saad, seorang muslim tidak perlu bersedih, tidak perlu merasa hina dalam kondisi apapun. Dia menukil surat Ali-Imran, ayat 39:
وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. (*)
Penulis Dadang Prabowo Editor Sugeng Purwanto