PWMU.CO – Kelebihan Nasyiah GKB yang Tak Dimiliki Cabang Lain. Itulah saat Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kabupaten Gresik Turun ke Bawah (Turba) 17 PCNA ke Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) GKB.
Agenda ini digelar sebagai upaya menindaklanjuti hasil rakorda Ahad (3/10/2021) lalu. Maka, hadirlah sekitar 20 yunda yang mayoritas berbaju kuning bermotif khas Nasyiah—sebutan populer Nasyiatul Aisyiyah—dengan berkerudung senada.
Mereka berkumpul di salah satu ruang pertemuan lantai satu Smamio Ahad (7/11/2021) pagi. Tentunya, masih dengan menaati protokol kesehatan. Kegiatan diawali Anita Firlyando SPd melantunkan gema wahyu Ilahi. Lalu Firdah Vebriyanti SPd dengan semangatnya memimpin peserta turba mengumandangkan Mars Sang Surya dan Mars Nasyiah.
Ranting-Ranting GKB
Mengawali obrolan serius tapi santai itu, Ketua PCNA GKB Irma Sonya Suryana SKom menerangkan kondisi dan dinamika perkembangan ortom PCNA GKB. Dia juga menyilakan perwakilan ranting menyampaikan realisasi programnya.
Sejauh ini, Yunda Sonya—panggilan akrabnya di Nasyiah—mendorong teman-teman di PCNA GKB agar senantiasa aktif mengikuti agenda Nasyiah. Dia lantas mengapresiasi Firdah Vebriyanti SPd dan drg Yayuk Susilawati selaku ‘tongkat saktinya’. Keduanya, delegasi teraktif dari PCNA GKB dalam berbagai kegiatan Nasyiah.
Teman-teman di GKB, lanjutnya, sudah terbiasa pulang Maghrib-menjelang Isya pada hari efektif. Maka, hari Ahad—waktu Nasyiah biasa menggelar kegiatan—menjadi waktu berharga untuk keluarga. “Tapi kembali lagi, bagaimana bisa mengomunikasikan ke keluarga. Insyaallah semua bisa berjalan berdampingan,” tuturnya.
Yunda Sonya memaparkan, PCNA GKB mulanya membawahi enam ranting yang dilebur menjadi tiga ranting. Ranting 1 (wilayah Randuagung) dilebur dengan ranting 2 (AUM SD Mugeb), ranting 3 (wilayah Jalan Sumatra) dilebur dengan ranting 4 (AUM Spemdalas). Untuk ranting 5 (wilayah GKB hingga perbatasan Suci) dilebur dengan ranting 6 (AUM Smamio dan Berlian School).
Kelebihan PCNA GKB
Ketua PDNA Kabupaten Gresik Ifa Faridah SPdI menilai, pemaparan Yunda Sonya merupakan kekuatan PCNA GKB. “Dengan ranting yang terdiri dari AUM, beranggotakan guru-guru itu suatu kelebihan yang tidak dimiliki cabang lain,” ujarnya.
Ifa menilai itu sebagai kelebihan karena dalam hal fasilitas dan struktur anggota di AUM (amal usaha Muhammadiyah) sudah ada semua. “Tinggal kita rumuskan ke depannya seperti apa!” tegasnya.
Meninjau laporan di rapat kooordinasi daerah, dia menilai banyak kegiatan yang telah PCNA GKB lakukan. “Rata-rata di sini masih berbentuk sinergi. Kata kunci bersinergi itu memang kelebihan GKB yang tidak dimiliki cabang lainnya,” terangnya.
Di tengah diskusi itu, dia memberi PR, “(PCNA) GKB mengadakan suatu kegiatan yang panitianya independen dari PCNA, nanti kepesertaannya boleh bersinergi dengan ortom lainnya di GKB!”
Katanya, sangat boleh jika membuat seminar offline dengan mengangkat materi di luar topik pendidikan atau keguruan. Menurutnya, yang utama, membuat kegiatan yang istikamah.
Stimulus Aktifkan Ranting
Yunda Sonya pun memohon PDNA berbagi ilmu tentang keorganisasian. Dia berharap, melalui kegiatan ini, bisa memperoleh wawasan lebih bagaimana mengembangkan peran saat ber-Nasyiah.
Dia menegaskan fungsi berorganisasi di ortom. “Kita bisa bersilaturahim dengan teman-teman di daerah, di wilayah, kita mengenal dan mendapatkan banyak ilmu,” ujarnya.
Termasuk, ketika mengikuti program Tahsin al-Quran Metode Tajdied. Yaitu program rutin dari departemen pendidikan PDNA Kabupaten Gresik. “Kemarin setiap Rabu rutin mengaji bersama PDNA, itu hal yang luar biasa!” ungkap guru Smamio itu.
Yunda Ifa sepakat. Menurutnya, lewat mengikuti kegiatan Tahsin online secara rutin, bisa menjadi stimulus pengaktifan ranting-ranting.
Pentingnya Berorganisasi
Dalam kesempatan langka itu, Yunda Ifa menyampaikan materi “Pentingnya Berorganisasi”. Awalnya dia menjelaskan, “Secara umum, organisasi adalah suatu perkumpulan atau wadah bagi sekelompok orang yang bekerjasama dengan terstruktur untuk mencapai tujuan tertentu.”
“Manusia dalam 24 jam sehari tidak cukup untuk menjalankan seluruh aktivitasnya secara sempurna. Maka, beberapa kegiatan memerlukan orang lain karena tidak bisa dikerjakan sendirian,” terangnya.
Dia menegaskan, kita sejatinya setiap hari sudah berorganisasi. Contohnya, di keluarga. Apalagi kalau sudah punya anak dan sambil bekerja. Sebagai ibu tidak mungkin bisa menjalankan keseharian dengan baik kalau tidak bekerja sama dengan anggota keluarga yang lain.
Intinya, terkait kemampuan memanjemen waktu. “Bagaimana mengatur segalanya dengan persiapan yang baik, sehingga satu keluarga dapat mencapai tujuan yang diharapkan bersama,” ujarnya.
Keorganisasian
Yunda Ifa menerangkan dasar materi keorganisasian, seperti syarat organisasi. Ada empati syaratnya. Pertama, ada tujuan yang mengarahkan jalannya organisasi.
Kedua, ada aturan yang dibuat dan untuk memaksa setiap orang yang tergabung agar disiplin dan teratur menjalankan tugas, fungsi, wewenang, tanggung jawab, dan kewajibannya.
Ketiga, ada pengurus yang menggerakkan langkah organisasi sesuai tujuan dan aturan yang ada. Terakhir, ada anggota yang digerakkan dan punya hak bertindak ketika ada pelanggaran dari pengurus.
Tentang komponen organisasi, Yunda Ifa menyebutkan lima hal. Yaitu ideologi panutan, visi dan misi, pelaku, aset organisasi, serta birokrasi dan aturan
Manajemen Organisasi dan Konflik
Dalam berorganisasi, lanjut Ifa, perlu ada manajemen organisasi. “Manajemen diperlukan organisasi agar usaha pencapaian tujuan menjadi lebih mudah,” terangnya.
Dia menegaskan, ada beberapa hal yang dibutuhkan dalam berorganisasi. Di antaranya, saling percaya, menjaga komitmen, menjaga komunikasi, dan saling bersilahturahmi. Dia mengimbau, “Saling membantu walau bukan tugas pokoknya!”
Selain itu, tidak saling berburuk sangka. “Jika ada masalah didiskusikan terlebih dahulu. Jangan langsung menyimpulkan sesuatu dengan ceroboh dan tergesa-gesa!” tuturnya.
Di samping itu, lanjutnya, tentu ada konflik—kondisi di mana satu orang atau lebih mengalami benturan, baik fisik, pendapat, atau lainnya—dalam berorganisasi. Maka, perlu juga memahami manajemen konflik.
“Bagi orang-orang yang memiliki kemampuan dan keseimbangan emosinal, akan mampu memanfaatkan konflik untuk melatih diri menjadi lebih dewasa,” ungkapnya.
Sebaliknya, bagi mereka yang keseimbangan emosinya rendah, konflik akan menjadi bahaya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni