PWMU.CO – Innalillahi wainnailihi rajiun. Telah berpulang, Drs H Mas’ud Dimyati, Kamis, (22/12) pukul 04.50. Almarhum dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah Krian Sidoarjo yang terkenal dengan visi-misinya agar Muhammadiyah di Cabang Krian diakui keberadaannya oleh masyarakat.
Semasa hidupnya almarhum yang akrab dipanggil Pak Mas’ud mendermabaktikan dirinya untuk Muhammadiyah. Dia adalah salah satu pendiri SMK Pemuda Krian, sekaligus kepala sekolah pertama (1972-1983). Kala itu sekolah masih bertempat di Jalan Basuki Rahmat Krian–kini di Jalan Raya Kemasan.
(Baca: Kepergian H Bisri Ilyas Semoga Tergantikan Bisri-Bisri Baru)
Karena perlunya proses perkaderan harus berjalan, maka jabatan kepala sekolah beliau lepaskan. Namun, Pak Mas’ud tetap mengabdi untuk memajukan sekolah Muhammadiyah sebagai guru mata pelajaran Kemuhammadiyahan.
Berbagai gerakan untuk perluasan amal usaha Muhammadiyah (AUM) pun dilakukan saat beliau duduk di jajaran Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Krian. Misalnya dengan membeli sebidang tanah yang saat ini ditempati SD Muhammadiyah 1 Krian.
(Baca juga: Mengenang Kepergian KH Ahmad Nawawi Bakri, Ulama Muhammadiyah Sidayu Teladan Umat)
“Buatlah banyak agenda kegiatan. Dan mulailah dengan rapat kerja (Raker) sebagai sarana kaderisasi di kalangan Pemuda Muhammadiyah” pesan Mbah Kung–sapaan akrab lainnya–ketika almarhum mengetahui penulis menjadi Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Krian periode ini.
Almarhum dulu dikenal sebagai tokoh Pemuda Muhammadiyah yange enerjik. Juga dikenal sebagai pengenal Hizbul Wathan di Cabang Krian bersama Pak Khoiri (alm).
Di luar aktivitasnya di Muhammadiyah, Mbah Kung pernah menjadi Penghulu dan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA). Di antaranya Kepala KUA Kecamatan Balongbendo (1982-1987); KecamatanPrambon (1987-1989), dan Kecamatan Krian (1989-1994).
Mantann dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya Kampus IV Krian yang lahir 2 Pebruari 1940 meninggalkan 6 anak dari buah pernikahan dengan Robindari. Mereka adalah Eko Bagus Syamsuddin, Kholid Amrullah, Elya Dimyati, Ida Zubaida, Muhammad Adha, dan Muhammad Ilmiawan. (Emil)