PWMU.CO– PDM Gunungkidul Yogyakarta meresmikan tiga amal usaha SPBU mini Pertashop saat merayakan Milad Muhammadiyah ke 109 tahun, Kamis (18/11/2021).
Peresmian dilakukan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta H Gita Danu Pranata bertempat di kompleks Pertashop Kelurahan Karangtengah Wonosari Gunungkidul.
Pertashop merupakan gerai penjualan Pertamina berskala kecil untuk melayani konsumen di pelosok desa. Usaha ini menjual BBM non subsidi, LPG non subsidi, dan produk ritel Pertamina lainnya. Modalnya antara Rp 250 juta hingga 500 juta.
Pertashop milik PDM Gunungkidul dibangun di atas tanah wakaf di Kelurahan Karangtengah Kapanewon Wonosari, Kelurahan Sampang Kapanewon Gedangsari, dan Kelurahan Nglindur Kapanewon Girisubo.
Paling luas lahan di Karangtengah Wonosari 1.500 meter persegi. Pertashop di Nglindur Girisubo seluas 100 meter, dan Sampang Gedangsari seluas 100 meter.
Ketua PWM DIY Gita Danu Pranata menandatangani tiga prasasi pendirian SPBU Pertashop ini disaksikan jamaah yang hadir dalam acara peresmian dan pengajian.
Gita Danu mengatakan, peresmian tiga Pertashop ini melaksanakan amanah hasil Muktamar Muhammadiyah di Makassar 2015 dengan tagline jihad ekonomi.
”Keberadaan Pertashop di Gunungkidul diharapkan menundukung perekonomian dan pemberdayaan masyarakat di Gunungkidul lebih meningkat,” kata Gita Danu.
Pertashop ini menjual Pertamax. Di kompleks lokasi Desa Karangtengah Wonosari juga akan dibangun secretariat PRM, Panti Asuhan Muhammadiyah Karangtengah, Toko Sang Surya, dan rest area menuju Wisata Goa Pindul.
”Karena lokasi strategis ke arah Wisata Goa Pindul menjadi pertimbangan membuka SPBU di sini,” ujarnya.
Modal membangun Pertashop ini Rp 500 juta. Dana diperoleh dari iuran PDM Gunungkidul, PWM DIY, dan PT Mentari Handayani Umat. ”Target penjualan Pertamax per hari 1000-1500 liter,” jelasnya. ”Amal usaha ini dikelola oleh PT mentarai Handayani Umat.”
Lahan tiga Pertashop ini tanah wakaf yang diamanahkan ke Persyarikatan Muhammadiyah kemudian dimanfaatkan menjadi lahan produktif. ”Ini upaya Muhammadiyah Gunung Kidul mengubah tanah wakaf tidur menjadi tanah wakaf produktif untuk membangun ekonomi umat,” tandasnya. (*)
Penulis Immawan M Arif Editor Sugeng Purwanto