Pilihan Presiden Idealis – Realistis 2024 oleh Sirikit Syah, pegiat Media Watch.
PWMU.CO– Ini suara emak-emak, bisa mewakili kaum perempuan dewasa. Kebetulan sang emak ini juga seorang doktor, sehingga boleh juga dibilang mewakili kalangan intelekual. Berikut ini pemikiran saya mengenai pemimpin Indonesia 2024. Sebuah pilihan antara yang idealis atau realis, atau gabungan keduanya.
Pasangan Lelaki-Perempuan
Banyak lelaki yang bisa dipasangkan, tetapi perempuannya hanya satu. Yaitu Puan Maharani. Sekarang Puan dipasangkan dengan Prabowo Subianto. Tapi ibarat pepatah belum ada janur melengkung, kondisi masih bisa berubah.
Pasangan ini tidak memiliki anasir idealistis. Yang ada realistis (Puan Maharani) dan tidak realistis (Prabowo Subianto). Puan Maharani (PM) realistis karena voters-nya pasti banyak, dari partai besar dan berkuasa.
Lalu, mengapa saya katakan sosok Prabowo tidak realistis? Karena siapa yang akan memilih capres yang gagal tiga kali berturut-turut? Siapa yang tidak bosan melihatnya berkampanye? Siapa yang masih mendukungnya setelah dia bergabung dengan rezim yang menjadi lawan politiknya dalam Pemilu 2019?
Bila berharap pasangan lelaki-perempuan yang mungkin akan disukai rakyat Indonesia, Puan harus disandingkan dengan lelaki lain. Dengan Ganjar Pranowo? Ini tidak mungkin, karena mereka berasal dari satu partai.
Mungkin dengan Tito Karnavian? Ini pasangan realisti-realistis. Selain memiliki kapabilitas yang sudah terbukti dan teruji, Tito sangat populer. Meskipun dia tidak memiliki partai, dia sudah menanamkan jaringannya di hampir seluruh daerah di Indonesia lewat jalur polisi. Apalagi dengan kepala daerah yang polisi, mantan anak buah atau junior Tito. Pasangan TK-PM atau PM-TK memiliki kemungkinan meraih banyak suara rakyat.
Pasangan tua-muda
Prabowo dan Puan adalah salah satu contoh pasangan beda usia. Namun seperti dibahas di atas, ini kurang realistis. Bila tetap ingin Puan sebagai wakil kaum muda, yang tua/berpengalaman dan agak realistis bisa Luhut Binsar Panjaitan. Tapi LBP sudah menanam banyak kekesalan di hati rakyat. Ini menjadi kurang realistis.
Pasangan sipil-militer
Anies Baswedan, sosok yang memiliki anasir idealistis karena kapabilitas dan elektabilitasnya bisa saja dipasangkan dengan Agus Yudoyono atau Gatot Nurmantyo. Ini sebetulnya sangat ideal untuk membangun Indonesia ke depan.
Ini pasangan yang ideal. Namun, tidak realistis karena AHY minim pengalaman dan elekabilitasnya rendah. Sementara GM yang kaya pengalaman militer tak cukup menanamkan militanisme di hati rakyat.
Belum lagi, dia tak memiliki partai, sehingga pasangan AB-GM tak memiliki dukungan konkret. Selain itu, akan banyak musuh yang akan menjegalnya, dari kalangan militers endiri.
Pasangan lelaki-lelaki
Anies Baswedan bisa saja dipasangkan dengan Ganjar Pranowo. Namun ini agak kurang realistis karena AB-GP sama-sama Jawa, akan ada penolakan dari masyarakat non-Jawa. Mungkin AB dengan Tito Karnavian lebih realistis, karena Tito dari luar Jawa.
Dari beberapa uji coba memasang-masangkan di atas, menurut saya, yang paling idealis-realistis adalah pasangan AB dan PM. Bila dua orang ini disatukan, dapat dijamin mayoritas rakyat Indonesia akan memilihnya. Yang sudah kesal dengan rezim Jokowi akan buru-buru memilih AB.
Sementara rakyat pendukung partai terbesar akan memberikan suaranya untuk PM. Sungguh sebuah perpaduan yang masuk akal meskipun mungkin tidak menyenangkan bagi banyak pihak.
Meskipun tak memiliki patai, AB sudah melejit dalam berbagai survai elektabilitas meskipun masih ada yang menaruh PS di atas AB, yang menurut saya agak diragukan validitasnya. Dengan demikian, partai-partai akan mendekatinya. Tidak hanya partai kecil dan oposisi, partai besar dan berkuasa pun, akan ngiler dan mungkin terpaksa akan mengusungnya juga. Kompensasinya, wapres di tangan mereka. Dengan PM wapres, PDIP bisa mencapreskan PM dalam lima tahun ke depan.
Sementara itu, partai-partai pengusung AB harus legawa, ikhlas, menerima pinangan partai besar dan berkuasa untukmenyandingkan PM dengan AB. Partai mana yang tidak ingin menang? Apapun caranya.
Mungkin saja, dengan perpaduan agak aneh ini (dan mungkin dianggap musykil oleh banyak orang), Indonesia akan menjadi maju (faktor kapabilitas AB yang sudah teruji danterbukti), serta Indonesia menjadi damai (faktor PM yang akan mencegah/menghentikan gangguan pada pemerintahan AB). Juga mengakhiri perang cebong dan kampret.
Bila capres yang diusung AB, siapapun pendampingnya, banyak rakyat Indonesia memilih mereka. PM adalah faktor peraih kemenangan, AB adalah faktor harapan Indonesia menjadi lebih baik. AB-PM adalah kombinasi pemimpin lelaki-perempuan, tokoh berkualitas – tokoh berpengaruh, idealitsis realistis. (*)
Surabaya, 20 November 2021
Editor Sugeng Purwanto