PWMU.CO – Tiga kunci menjadi pelajar tangguh Muhammadiyah disampaikan Anas Thohir SAg MPdI dalam Muhammadiyah Day yang digelar tepat pada Milad Muhammadiyah ke-109, Kamis (18/11/21).
Dalam amanatnya, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik mengatakan pelajar Muhammadiyah harus berbeda.
“Menjadi seorang yang berilmu itu sudah biasa dan banyak. Menjadi orang yang berakhlak baik juga banyak. Untuk itu, pelajar Muhammadiyah harus memiliki nilai lebih,” ujarnya di depan siswa SD Muhammadiyah 2 (Berlian School) GKB Gresik.
Pelajar Muhammadiyah, lanjutnya, harus kuat dengan menerapkan tiga kunci itu yaitu quwwatul aqidah, quwwatul Ilmi, dan quwwatul akhlak.
Kuat dalam Aqidah
Anas Thohir menjelaskan quwwatul aqidah atau kuat dalam aqidah akan menjadikan seseorang berperilaku baik dalam kondisi apapun. Ada kesadaran bahwa Allah menyaksikan apapun yang dilakukan.
“Kekuatan aqidah akan melahirkan kekuatan akhlak dan kebaikan terhadap diri sendiri maupun sesama,” tuturnya.
Yang kedua quwaatul Ilmi atau kekuatan ilmu. Pelajar Muhammadiyah harus menjadi pelajar yang berilmu dan dapat membawa perubahan. Bersikap baik dan solutif menghadapi tantangan.
Ketiga quwwatul akhlak atau kekuatan akhlak. Perilaku menjadi cermin dan identitas. “Maka pelajar Muhammadiyah harus dapat mengimplementasikan aqidah dan keilmuan dalam wujud akhlak yang terpuji,” lanjutnya.
Pembelajaran Bermakna
Anas Thohir mengungkapkan pembelajaran bermakna menjadi salah satu yang harus diupayakan. Tentu membutuhkan kesungguhan dalam melakukannya.
“Pengetahuan itu penting, tetapi kebiasaan-kebiasaan baik dalam menjalankan syariat Islam juga harus diterapkan. Baik di sekolah maupun di rumah,” tegasnya.
Bahkan, sambungnya, meski pelajar itu sudah di level tinggi pembiasan yang diberikan oleh sekolah masih tetap dipraktikan dengan baik. Mulai dari ibadah tepat waktu dan membaca al-Quran.
“Menjadi pelajar Muhammadiyah tidak cukup dengan pengetahuan dan pengalaman yang banyak, tetapi dibutuhkan kebermaknaan dalam setiap hal yang diterimanya baik yang dilihat, didengar, diucap, maupun dilakukan,” tandasnya. (*)
Penulis Fatma Hajar Islamiyah. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.