PWMU.CO– Dua cara membangkitkan ekonomi umat yang bisa dilakukan kaum muslim.
Hal itu disampaikan Ustadz Ir Misbahul Huda dalam pengajian Ahad pagi di Masjid Baitul Halim Kompleks MI Muhammadiyah 28 Bangkingan Surabaya, Ahad (20/11/2021).
Pengajian diadakan oleh Majelis Tabligh PCM Lakarsantri Surabaya.
Sebelum mengulas, Ustadz Misbah bertanya lebih dulu ketika pemerintah tidak punya uang untuk membiayai proyek, ketika para pemodal besar juga tidak berani untuk melakukan bisnis, kira-kira di mana cipratan rezeki yang Alloh turunkan kalau semua sendi ekonomi tidak berjalan?
“Banyak di antara kita yang merasa nyaman ketika menjadi pegawai, padahal Nabi kita memberikan contoh sebagai pedagang atau pengusaha,” ujar pengusaha percetakan ini.
Dia mengatakan, begitu juga dengan para sahabat Nabi yang menyebarkan Islam lewat jalur perdagangan, serta para tokoh pergerakan kita dengan serikat dagang atau para pendiri Muhammadiyah yang terkenal dengan berdagang batiknya.
Menurut dia, ada pintu rezeki yang Allah buka apabila kita jadi pedagang atau pengusaha. Ketika seorang berdagang maka di situ ada karyawan, ada suplier, ada kurir, ada sales dan lainnya.
Setidaknya dengan ada satu pengusaha maka ada beberapa orang atau keluarga yang kecipratan rezekinya.
“Nabi sukses berdagang di usia muda, buktinya ketika menikahi Khadijah, beliau memberi mahar emas dan unta yang kalau dirupiahkan sekarang mungkin sekitar Rp 1 miliar,” kata Ustadz Misbah.
“Kira-kira ada yang mau mengikuti sunnah Nabi ini ya? Banyak orang-orang sekarang yang mengadakan pernikahan besar-besaran, tapi mas kawinnya hanya seperangkat alat sholat,” seloroh pengusaha real estate ini.
Menurut Ustadz Misbahul Huda, ada dua cara untuk membangkitkan ekonomi kita sekarang ini. Pertama jangan pendam semua aset atau potensi kita.
Aset bisa berupa rumah, tanah, mobil, pikiran, pengetahuan, jaringan dan lainnya. Semua tidak boleh didiamkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat 43 ayat 32. … Kami meninggikan sebagian dari mereka dari yang lain agar dapat manfaat dari sebagian yang lain ….
Dia juga bercerita ketika berbisnis di masa pandemi ini, dia tidak menggunakan akal terlalu dalam, melainkan menggunakan protokol langit. Tidak mengejar laba tapi berburu ridho, seperti yang tersurat dalam ayat Quran tadi.
Dicontohkan, jawaban cerdas seorang pedagang keliling tempat tidur bambu yang sempat viral di medsos. Ketika ditanya apa ada yang beli dagangannya, pedagang itu menawab, kalau ada yang jual pasti ada yang beli. “Suatu jawaban berkelas dari orang yang kecil,” komentar Misbah.
Kedua, sambung dia, mewakafkan anak, ponakan atau keluarganya untuk diberi latihan sebagai pengusaha. Ketika mereka usia produktif, boleh jadi karyawan tapi tidak boleh lama, agar pengalaman jadi karyawan bisa jadi bekal di kemudian hari.
“Bangkitkan semangat berusaha, bangkitkan etos berdagang. Agar nantinya bangkit juga ekonomi umat,” tandasnya.
Penulis Ichsan Mahyudin Editor Sugeng Purwanto