PWMU.CO – Aisyiyah dan Muslimat diharapkan bisa bergandeng bersama dan menjalankan taawun-taawun sosial.
Hal itu disampaikan Ketua Majelis Tabligh PDA Gresik Hi Muyasaroh SPdI dalam acara Corp Mubalighat Aisyiyah (CMA) yang bertempat di Panti Asuhan Al-Ihsan Wringinanom, Ahad (21/11/21).
Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari 16 Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) yang ada di Gresik, serta undangan dua perwakilan dari Nasyiatul Aisyiyah Wringinanom.
Bu Muyas -panggilan akrab Hj Muyasaroh SPdI- menjelaskan empat divisi Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Gresik.
Pertama pembinaan mubalighat, meliputi pendataan dan pelatihan anggota mubalighat.
“Alhamdulillah dari semua cabang sudah pernah ditempati pelatihan, dan yang paling membuat saya terkesan di PCA Ujungpangkah, karena bertempat di Pantai Cemara dengan ombak pasang surut suara byur-byur,” katanya.
“Kala itu, kenangan terindah bersama almarhumah Bu Uswatun Hasanah, bagaimana tidak! Waktu itu tdk ada yang bawa laptop maupun LCD dan suasana gelap gulita,” kenangnya.
Pelatihan mubalighat ini, lanjutnya, bertujuan untuk menambah ilmu yang luas dalam berdakwah.
Muyas menyampaikan divisi kedua, yaitu pembinaan keluarga melalui pelatihan keluarga sejahtera.
Penguatan Pengajian
Penguatan pengajian merupakan divisi ketiga, sambungnya, tiap cabang dalam sebulan harus mengadakan pengajian cabang.
“Pengajian Aisyiyah inilah yang diganti namanya menjadi Gerakan Perempuan Mengaji (GPM) yang dicetuskan pada Tanwir Aisyiyah di Surabaya tahun 2018 lalu,” tandasnya.
Selain pengajian, ia menjelaskan, agar warga Aisyiyah dan Muslimat juga diharapkan bisa berdamai bersama dan bergandeng bersama.
“Jika diundang kajian oleh Muslimat boleh datang, tapi ingat jika diundang kenduri mulutan tidak usah dihadiri, paham ibu-ibu?” tanyanya.
Taawun sosial juga termasuk aplikasi penguatan pengajian, jelasnya, peka terhadap keadaan sekitar.
“Seperti Ibu Kristina mendapat penghargaan melalui gerakan centelan ia mengerahkan anggota cabang dan rantingnya untuk meletakkan sayur, lauk, telur dengan digantungkan di pagar tujuan supaya orang bisa mengambil seperlunya,” tandasnya.
Divisi yang keempat adalah muallaf dan dakwah khusus, lanjutnya, sasaran ini ditujukan pada orang tertentu secara personal yang butuh pencerahan.
Ia menjelaskan, sebagai mubalighat, sasaran berdakwah kepada anggota Aisyiyah secara khusus. “Seperti sekarang ini bersama dalam satu ruangan ngaji bersama,” jelasnya.
“Kepada umat muslim atau saudara dan teman diajak ngaji bersama merupakan sasaran kedua yang harus kita lakukan,” tandasnya.
Ketiga, sambung dia, kepada kelompok khusus atau komunitas khusus seperti petani, nelayan, pondok pesantren, panti asuhan dengan memperhatikan etika dakwah yang sesuai sasaran. (*)
Penulis Kusmiani Co-editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni