PWMU.CO – Penjelasan tentang Agama itu muamalah. Hal itu disampaikan oleh Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Jember Dr Fathiyahturrahma MAg, Ahad (21/11/2021).
Dia menyampaikannya saat memberikan iftitah pada pertemuan antarcabang PDA Jember. Kegiatan ini dilaksanakan di Padepokan Tapak Suci Jember.
Masuk Surga dengan Selamat
Menurut Dr Fathiyahturrahma MAg Islam adalah agama paling sempurna. Tidak ada sendi kehidupan yang tidak diatur dalam Islam. Ada beberapa hal yang akan mengantarkan manusia masuk surga dengan selamat.
Pertama menyebarkan salam. Al-Quran surat An-Nisa ayat 86 menerangkan jikalau engkau semua diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan yakni salam, maka jawablah penghormatan atau salam itu dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dengan yang serupa dengannya. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu,” sitirnya.
Kedua, lanjutnya, adalah mengucap basmalah. Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan mengucap basmalah maka amalan tersebut terputus berkahnya.
“Yang ketiga adalah mengucap hamdalah. Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan. Itu hadits riwayat Bukhari,” ujarnya.
“Jadi ibu-ibu yang tadi belum sempat mengucap doa bangun tidur sebagai bentuk rasa syukur karena Allah sudah membangunkan kita. Sekarang meski sudah pukul sepuluh pagi ayo berdoa dulu. Etikanya kan begitu ya. Kita mengucap terima kasih setelah mendapat nikmat,” tambahnya yang disambut senyum peserta.
Keempat, sambungnya, adalah bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. Itu tercantum dalam surat Al-Ahzab ayat 56.
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali,” jelasnya mengutip hadits riwayat Muslim nomor 408.
Interaksi dengan Allah dan Diri Sendiri
Dia memaparkan Islam mengajarkan bahwa substansi keberagamaan seseorang terletak pada bagaimana cara ia bermuamalah. Yakni berinteraksi, bergaul, berhubungan dan memperlakukan sesuatu yang lain. Prinsip ad-din al-mu’amalah yang berarti agama itu adalah muamalah (interaksi).
“Maksud ungkapan ad-din al-mu’amalah adalah substansi keberagamaan seseorang diukur dengan sejauh mana ia berinteraksi dengan Tuhan. Juga berinteraksi dengan dirinya, sesama manusia dan berinteraksi dengan alam serta lingkungan. Dalam keempat pola relasi hubungan ini, Islam mengajarkan agar kita membangun pola sikap ihsan dalam hubungan tersebut,” paparnya.
“Interaksi yang paling sempurna dengan Allah dapat tercapai ketika seseorang sudah meraih derajat ihsan. Interaksi manusia dengan Tuhan dapat mencapai derajat ihsan. Jika ia tidak hanya menjalankan kewajiban ibadah, tetapi juga tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun,” imbuhnya.
Menurutnya termasuk muamalah dengan sesama manusia adalah interaksi dengan diri sendiri. Islam mengajarkan bahwa setiap unsur, bagian, organ dari diri kita memiliki hak-hak yang harus dihormati. Seringkali kita bersikap berat sebelah kepada sebagian anggota tubuh kita dan mengabaikan yang lain.
“Akal memerlukan wawasan, tubuh memerlukan kesehatan dan ruhani memerlukan siraman. Maka seseorang yang tidak menghargai dan menghormati hak-hak tubuhnya, ia tidak bisa dikategorikan sebagai keberagamaan yang lengkap,” terangnya.
“Bahkan Rasulullah pun pernah menegur seseorang yang demi mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai macam ibadah, ia mengabaikan hak dirinya dan keluarganya,” sambung anggota MUI Jember ini.
Interaksi dengan Orangtua dan Keluarga
Setelah interaksi dengan Allah dan diri sendiri, ujarnya, adalah interaksi kepada orangtua. Mereka menduduki peringkat pertama dalam ajaran Islam.
“Oleh karena itu perintah berbakti kepada kedua orangtua selalu disandingkan dengan perintah bersyukur kepada Allah.Bahkan dalam kondisi kedua orangtua tidak beriman kepada agama kita, al-Quran tetap wewajibkan berbuat ma’ruf kepada mereka,” urainya.
Interaksi selanjutnya adalah interaksi dengan keluarga. Dalam berbagai riwayat, Rasulullah menyatakan bahwa manusia yang paling baik adalah mereka yang paling banyak berbuat kebaikan kepada anggota keluarganya.
“Bahkan Allah menganggap anggota keluarga sebagai bagian dari keluarga Allah. Maka yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi keluarganya,” jelasnya.
Interaksi dengan Tetangga dan Sesama Muslim
“Kedudukan tetangga dalam Islam sangat dimuliakan. Sehingga sikap kita terhadap tetangga menjadi salah satu ukuran keimanan kita. Rasulullah pernah bersumpah bahwa tidak beriman orang yang suka mengganggu tetangganya,” tegas Fathiyah.
Dia menambahkan interaksi selanjutnya adalah interaksi sesama muslim dan mukmin. Dalam surat al-Hujarat ayat 10-13 kita dilarang untuk mengolok-olok dan mencela orang lain.
“Juga dilarang memanggil dengan sebutan yang jelek, bersu’udzan, menggibah dan mencari-cari kesalahan orang lain. Interaksi yang terakhir adalah interaksi dengan alam lingkungan,” terangnya. (*)
Penulis Humaiyah. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.