PWMU.CO – Keunikan Orang Muhammadiyah: Tidak Tahlilan tapi Tetap Bertahlil. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr M Saad Ibrahim MA.
Dia menyampaikannya saat memberikan sambutan pada Resepsi Milad Ke-109Muhammadiyah yang digelar di Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, , Sabtu (27/11/2021). Perayaan milad bertema Muhammadiyah Era Disrupsi Digital ini juga disiarkan Zoom dan YouTube.
Saad Ibrahim merasakan, pada peringatan milad ke-109 ini Muhammadiyah sangat ditolong oleh Allah SWT. Organisasi ini diberikan oleh Allah kekuatan.
“Bahkan dalam banyak hal dia menyimpulkan bagian persemaian dari The Golden Age of Moslem History itu adalah persemaian yang sengaja ditanam oleh Allah di bumi Indonesia ini,” ujarnya.
“Tidak hanya Muhammadiyah yang lahir tahun 1912, tapi juga Persatuan Islam yang lahir 1923. Dan juga tentu tiga tahun berikutnya yaitu NU. Dan masih ada persemaian-persemaian untuk bangkitnya peradaban Islam itu yang kedua kalinya yang ini ditanam disebar Allah di bumi Indonesia ini,” tambahnya.
Model Beragama Muhammadiyah Unik
Saad Ibrahim mengajak untuk bersama-sama merenungkan perjalanan panjang Muhammadiyah ini. “Allah berikan kekuatan kepada kita semuanya menjadi hamba-Nya yang tindakan, perilaku dan gerak kita itu ditolong dan dituntun oleh Allah,” kata dia.
Dia mengatakan, ada dimensi religiusitas menjadi bagian penting dari gerak organisasi ini. “Karena memang Muhammadiyah adalah al-harakah al-Islamiyah dan minal harakatil Islamiyah. Saya sebut minal artinya mim bakdhil harakatil Islamiyah. Termasuk yang lain-lain tadi juga al-harakah al-Islamiyah,” ungkapnya.
Menurutnya model keberagaman di Muhammadiyah itu unik. Kalau diamati orang Muhammadiyah itu tidak terlalu panjang wiridannya dan tidak terlalu banyak membaca shalawat untuk nabi. Juga tidak banyak melakukan tahlilan, tetapi tetap bertahlil. Karena hallala yuhalilu tahlilan itu artinya benar-benar membaca la illa ha ilallah.
“Kenapa demikian orang Muhammadiyah. Karena energinya juga digunakan untuk membangun umat. Tidak sekadar hablum minallah kuat tetapi hablum minannaasnya lemah. Keduanya kita mencoba menyeimbangkan. Wujud konkretnya tentu dalam bentuk sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan dan juga pondok pesantren. Ini bagian hablum minannaas yang dibangun terus-menerus oleh Muhammadiyah,” jelasnya.
Baca selanjutnya di halaman 2: Komitmen Bermuhammadiyah