Tuhan Kita Bukan Orang Arab oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
PWMU.CO– Tuhan kita bukan orang Arab. Ini pernyataan yang viral pekan ini. Ucapan orang yang dangkal dalam memahami keagamaan dan nadanya terasa hambar.
Dari sisi dan perspektif apapun ucapan ini tidak benar. Analogi Tuhan dengan “orang” ya tidak pas. Di samping semua juga tahu bahwa Tuhan itu tidak bersuku dan berbangsa-bangsa.
Itu pernyataan Jenderal TNI Dudung Abdurrahman, KSAD baru, di acara Podcast Deddy Corbuzier. Sebelumnya dia pernah menyatakan bahwa semua agama sama di hadapan Tuhan. Netizen pun menanggapi, dari mana Pak Jenderal tahu tentang pandangan atau sikap Tuhan? Jenderal ini tiap omong agama jadi ketahuan tanpa basis keilmuan.
Netizen berujar sebaiknya Dudung fokus pada bidang kerjanya saja sebagai Komandan Tentara yang harus membasmi kaum separatis seperti KKB Papua. Mereka radikalis dan teroris berbahaya. Sayangnya untuk inipun ternyata dia punya pendapat berbeda. Menurut Dudung, KKB itu adalah saudara yang harus dirangkul.
Doa simpel berbahasa Indonesia sebenarnya tidak salah-salah amat jika kemampuannya cuma yang simpel-simpel itu.
”Kalau saya berdoa setelah shalat, ya Tuhan, pakai bahasa Indonesia aja, karena Tuhan kita bukan orang Arab.”
Sebenarnya tak perlu kaitkan dengan Arab. Jika memiliki kemampuan doa sebagaimana dalam al-Quran dan hadits maka hal itu jauh lebih baik.
Anak TK saja sudah terbiasa belajar doa bahasa Arab. Doa makan, doa tidur, doa bangun atau mendoakan orangtua sebagaimana diajarkan Nabi. Tidak perlu meyakini dulu bahwa Tuhan itu orang Arab. Ah, Dudung ini ada-ada saja.
Menurut Dudung lagi, ”Saya pakai bahasa Indonesia, ya, Tuhan, ya Allah subhanahu wa taala saya ingin membantu orang, saya ingin menolong orang. Itu saja doanya.”
Ironi doa satu-satunya yaitu ingin membantu orang, ingin menolong orang. Tapi dia berdiri berpose memfitnah anggota laskar FPI yang dianiaya dan dibunuh brutal. Lalu menolong siapa, membantu siapa?
Jadi teringat doa Abu Nawas yang berstrategi atau mengakali Tuhan. Dengan bahasa ’menolong dan membantu ibunya’.
Abu Nawas berdoa ingin mendapat jodoh wanita cantik dan salehah. Dengan khusyuk ia minta kepada Allah agar wanita cantik pujaannya menjadi jodohnya. Namanya disebut, kesalehannya juga. Namun lama belum juga dikabulkan. Lalu ia mengubah doa dengan kepasrahan tinggi agar diberi istri yang terbaik menurut Allah bagi dirinya. Belum juga kabul.
Strategi doa diubah yaitu tidak untuk kepentingan dirinya lagi, tetapi untuk menolong dan membantu orang. Doanya agar ibunya diberi menantu. Abu Nawas mencoba mengakali agar ibunya diberi menantu yang dapat menolong dan membantu.
”Ya Allah kini aku tidak lagi minta untuk diriku, aku hanya minta wanita sebagai menantu ibuku yang sudah tua dan perlu dibantu, saya sangat mencintai, sekali lagi berilah ia menantu.”
Entah dikabul entah tidak doa dengan strategi atau akal-akalan seperti ini. (*)
Bandung, 2 Desember 2021
Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post