PWMU.CO– SD Muhammadiyah Benjeng mengadakan acara Rihlah Dakwah bagi siswa dan guru. Kali ini berlangsung di Masjid al-Hidayah Kedungkakap Kec. Benjeng, Gresik, Sabtu (18/12/2021).
Rihlah Dakwah diikuti sembilan siswa dan guru dari sekolah dengan jargon the best of Islamic character school. Kegiatan ini merupakan program prioritas sekolah untuk pembinaan mental pada siswa yang dilaksanakan dua pekan sekali.
Kepala SD Muhammadiyah Benjeng Ahmad Taufiq SPd menjelaskan, Rihlah Dakwah berkeliling dari masjid ke masjid di lokasi tempat tinggal siswa.
”Siswa yang bertempat tinggal di lokasi terpilih diberi tugas untuk acara ini. Mereka bertugas gantian setiap pindah ke masjid-masjid atau mushala PRM dan PCM Benjeng,” katanya.
Siswa yang bertugas di Masjid al-Hidayah Kedungkakap kali ini yaitu MC oleh Maureentania Lady Firdaus (kelas 6). Tahfidh oleh Hanif Ubaidillah (kelas 1). Terjemah: Madinah Itsna Wardani (1), pidato Bahasa Arab: Ma’afiah Eka Windayanti (6), Bahasa Inggris: Zahfan Rijalul Abidin (3).
Pidato Bahasa Jawa: Isna Azaniah Alvaira (6). Bahasa Indonesia: Hibatullah Khoirul Azzam (5). Bahasa Jepang: Chalista Aurela Mutia Bela (4). Adzan: Habiburrahman Al Farisi (4). Semua guru sebagai pembimbing dan pendamping siswa.
Ahmad Taufiq menjelaskan, pendidikan itu antara guru dan orang tua saling mendukung program sekolah. Orangtua memberi teladan bagi anak, sehingga pembiasaan yang dilakukan di sekolah diterapkan di rumah. ”Jadi klop. Di sekolah dan rumah jalan. Bisa membentuk karakter anak yang baik,” tuturnya.
Dia menyampaikan, konsep pendidikan Luqmanul Hakim kepada anaknya seperti disebutkan dalam surat Luqman. Pertama, jangan menyekutukan Allah. Kedua, berbuat baik kepada kedua orangtua.
Ketiga, sadar bahwa manusia berada dalam pengawasan Allah swt. Keempat, mendirikan shalat. Kelima, berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Keenam, sabar menghadapi cobaan dan ujian. Ketujuh, janganlah menyombongkan diri.
Dia menerangkan, tujuh nasihat Luqman dalam pendidikan ini harus tersampaikan kepada anak-anak. ”Kita ajak anak-anak dengan pembiasaan kebaikan sehingga membentuk karakter baik,” ujarnya.
”Orangtua bakal menua dan wafat. Pengganti kita ya generasi anak-anak. Jadi harus takut ma ta’buduna min ba’di . Apa masih tetap menyembah Allah anak-anak kita sepeninggal kita kelak?” tuturnya. (*)
Penulis Wida Ikhma Yumaila Editor Sugeng Purwanto