Pesan Mendalam Al-Alaq bagi Kepala Sekolah Muhammadiyah, laporan kontributor PWMU.CO Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr M. Saad Ibrahim MA menyampaikan pesan-pesan al-Alaq dalam penutupan Diklat Calon Kepala Sekolah (CKS) Muhammadiyah Jatim 2021, Senin (20/12/21).
Dia menyatakan, “Ini pesan-pesan al-Quran yang sangat mendalam bagi perjalanan kehidupan kita.” Baik para calon kepala sekolah yang sedang memimpin sekolah atau yang akan memimpin sekolah, imbuhnya.
Diklat itu digelar Majelis Dikdasmen PWM Jawa Timur bersama Lembaga Penyelenggara Diklat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Gresik di Halogen Hotel Airport Sidoarjo.
“Orang pada tingkat tertinggi punya konten dan formalitas. Di bawahnya, ada konten tapi tidak ada formalitas.”
M Saad Ibrahim
Penuhi Konten dan Formalitas
Awalnya, Saad Ibrahim menyatakan, perjalanan panjang—hampir tiga bulan—telah peserta lewati untuk memenuhi Diklat Calon Kepala Sekolah sebagai tuntutan persyaratan dari pemerintah. “Boleh jadi dalam konteks visi dalam kaitannya dengan konten itu sudah dimiliki oleh Bapak dan Ebu semuanya, tapi masih memerlukan formalitas,” ujarnya.
Dia memaparkan, orang pada tingkat tertinggi punya konten dan formalitas. Di bawahnya, ada konten tapi tidak ada formalitas. Yaitu orang-orang yang sudah punya modal keilmuan untuk memimpin sekolah, tapi tidak memiliki formalitas, maka juga tidak dapat menjangkau itu.
Ketiga, orang punya formalitas tapi tidak punya konten. Keempat, tidak punya konten dan formalitas. “Tentu yang diinginkan dengan adanya diklat ini, supaya memiliki formalitas itu sekaligus juga konten,” ungkapnya.
Dia menegaskan, arah perjalanan formalitas yaitu menjadi kepala sekolah. “Sekarang sudah ada di antara Bapak Ibu ini yang telah menjadi kepala sekolah, yang sedang menjadi kepala sekolah, ada juga yang belum,” ujarnya.
Konsekuensi Disrupsi
Kemudian, dia mengingatkan, di era disrupsi ini banyak hal-hal yang akhirnya harus menjadi sesuatu yang dihilangkan. Menurutnya, itu juga akan mengenai kepala sekolah.
Mungkin, lanjutnya, seluruh SMA Muhammadiyah di Jawa Timur—atau bahkan seluruh Indonesia—ini cukup memerlukan satu kepala sekolah. “Cukup satu orang yang akan mengolah arah proyeksi dari sekolah itu. Kalau ini terjadi, maka jangan terlalu berharap, apalagi yang belum menjadi kepala sekolah!”
Karena terjadi efisiensi dalam kehidupan, dia menilai pasti ada korban. Tapi itu semua konsekuensi logis dari perjalanan teknologi informasi. “Dari industri 4.0 itu kemudian disempurnakan menjadi society era 5.0, bahkan ada yang mengatakan ada masa teknososialisme,” urainya.
Saad Ibrahim menegaskan, “Ini tidak bisa kita hindari, tapi kalau seseorang mengikuti garis dalam al-Quran misal pada surat al-Alaq, pada posisi apapun dia akan diperlukan.”
Baca sambungan di halaman 2: Basis Teologis