PWMU.CO– Enam fakta atau mitos di Muhammadiyah dikupas oleh Malikan, Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) PDM Lamongan saat mengisi Baitul Arqom PCM Lamongan di Prigen, Senin- Selasa (20-21/12/2021).
Malikan mengatakan, enam fakta atau mitos itu merupakan gejala yang terjadi dalam dinamika kader Muhammadiyah. Pertama, kata dia, Muhammadiyah oleh sebagian masyarakat khususnya kaum muda dirasakan menjadi kurang menarik dan kurang menjanjikan, tidak menjadi gerakan alternatif.
”Semoga di PDM Lamongan tidak seperti ini,” katanya.
Kedua, ada Cabang dan Ranting layu karena tidak mampu lagi melakukan dakwah dan pembinaan ke umat serta tidak mampu terlibat dalam pergulatan mengatasi masalah, melayani dan memberdayakan umat.
Ketiga, ada pimpinan dan karyawan AUM yang tidak mengenal Muhammadiyah, tidak memiliki loyalitas dan komitmen terhadap Muhammadiyah. Malah selingkuh dan lebih loyal pada organisasi, paham, atau partai.
”Sampai mereka ada yang memiliki motto AUM Yes, Muhammadiyah No. Kerja Yes, Jadi Kader No,” ungkapnya.
Keempat, ada sebagian kader dan pengurus Muhammadiyah yang sudah menerima amanah sebagai pengurus, tapi lupa untuk aktif ber-Muhammadiyah.
Kelima, masih sering muncul salah paham dan hubungan yang kurang harmonis antara pimpinan AUM, pimpinan majelis dan lembaga dengan pimpinan persyarikatan Muhammadiyah.
Keenam, ada Cabang dan Ranting Muhammadiyah yang layu bahkan mati padahal di Cabang dan Ranting tersebut bermukim kader, pimpinan atau pegawai AUM, juga pimpinan persyarikatan Muhammadiyah.
Malikan berharap poin-poin tersebut tidak ada di PCM Lamongan, hanya mitos belaka.
Terlepas dari enam gejala di atas, Malikan menyampaikan, ada profesor dari Jepang dan para peneliti Muhammadiyah dari mancanegara kagum pada Muhammadiyah. Seperti terungkap dalam pertemuan peneliti Muhammadiyah se dunia di UMM pada milad satu abad.
Dia bercerita, Dokter Ibrahim, Menteri Pemuda dan Olahraga Palestina, terharu dan kagum di dunia ini ternyata ada gerakan Islam yang sangat dahsyat bernama Muhammadiyah. ”Sampai muslim dari Thailand, Filipina ingin sekali bisa ber-Islam seperti Muhammadiyah,” katanya.
Ujung Tombak
Malikan menegaskan, Cabang dan Ranting harus berkembang karena sebagai ujung tombak dalam rekrutmen dan kaderisasi. ”Juga ujung tombak dalam menjalankan dakwah keagamaan dan ukhuwah dengan organisasi sosial lain,” tuturnya.
Cabang dan Ranting, kata dia, adalah duta persyarikatan di masyarakat dan membela kepentingan umat. ”Sebagai organisasi, pusatnya Muhammadiyah adalah PP, tapi sebagai sebuah gerakan, pusatnya Muhammadiyah yang sesungguhnya adalah Cabang dan Ranting,” tandasnya.
Meskipun PP, PWM, dan PDM hidup tapi bila Cabang dan Ranting mati maka Muhammadiyah sebagai gerakan Islam sebenarnya sudah mati. Maka Cabang dan Ranting harus terus hidup dan semakin berkembang.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Sugeng Purwanto