PWMU.CO– Bencana menjadi bahasan dalam pengajian Ahad pagi yang digelar Masjid al-Qohhar PCM Lakarsantri, Surabaya, Ahad (26/12/2021).
Hadir sebagai pembicara Ustadz Drs M Qodiron Abdurohim, pengasuh Pondok Pesantren Al Firdaus Pacet Mojokerto. Usai pengajian takmir Masjid Al Qohhar membagikan sembako ke warga dhuafa.
Dia menyebutkan bencana sedang terjadi di tanah air. Seperti hujan lahar Gunung Semeru dan banjir di tempat lain. Semuanya menyebabkan penderitaan karena ada korban jiwa, luka, dan materi.
Menurut dia, ada tiga amalan untuk mencegah terjadinya bala bencana. ”Tiga amalan itu yaitu pertama, taat tanpa reserve kepada Allah swt, kedua, taubatan nasuhah, dan ketiga, amar makruf nahi mungkar,” tandasnya.
Bencana sudah beberapa kali terjadi di negeri ini. Semuanya menjadi tragis. Dikatakan, ada kaitan antara bencana dengan perilaku maksiat. Salah satunya dia menceritakan tragedi bencana Dusun Legetang Desa Pekasiran Banjarnegara di wilayah kaki Gunung Dieng.
”Di tahun 1955 Dusun Legetang ini lenyap beserta rumah dan penduduknya. Ada sekitar 350 jiwa penduduk dan 19 tamu saat bencana terjadi. Semua lenyap dalam waktu hanya semalam,” tuturnya.
Penduduk dusun ini, sambung dia, umumnya bertani. Mereka mempunyai kebiasaan mengadakan tarian ronggeng sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil pertanian waktu panen raya. Acara ini bahkan diadakan setiap hari dengan berbagai kemaksiatan yang melengkapinya. Minum minuman keras, judi, dan pelacuran.
”Nah pada malam 17 April 1955 terjadi longsor hebat dari puncak gunung. Bukan hanya longsor biasa, sepertinya bagian puncak gunung terpotong seperti potongan tumpeng jatuh menimpa desa tersebut,” ujarnya.
Posisi dusun yang awalnya terletak di lembah, dengan longsoran puncak gunung sekarang menjadi bukit kecil. ”Jarak antara gunung dan dusun tadi sekitar 800 meter. Hanya semalam dusun itu lenyap tak berbekas dampak bencana. Kisah tragedi ini sekarang menjadi dongeng legenda. Subhanallah,” tuturnya.
Ustadz Drs M Qodiron Abdurohim sekali lagi mengingatkan, bala bencana terjadi karena banyaknya kemaksiatan yang dilakukan masyarakat. Orang-orang yang tak ikut bermaksiat pun terkena bala’ karena membiarkan kemaksiatan terjadi.
Kisah-kisah hilangnya desa sudah banyak diceritakan hingga menjadi dongeng misalnya kisah Joko Baru Klinting yang menceritakan desa lenyap menjadi Danau Ngebel Ponorogo akibat warga desa mengabaikan orang miskin.
Bahkan kisah nyata terjadi di depan mata di zaman ini yaitu beberapa desa di Kecamatan Porong Sidoarjo lenyap ditelan lumpur Lapindo. (*)
Penulis Ichsan Mahyudin Editor Sugeng Purwanto