PWMU.CO– Banyak sumpah harus berhati-hati harus diiringi dengan kejujuran. Kalau bohong, orang tidak percaya lagi.
Masalah sumpah dijelaskan Ustadz Drs Najih Ihsan MAg dalam acara Ngaji Bareng PCM Babat Lamongan setelah Ashar di Aula MIM 03 Pucakwangi, Jumat (24/12/2021).
Najih Ihsan menjelaskan, lafal sumpah yang dibolehkan seperti demi Allah. Kalau dalam bahasa Arab berbunyi wallahi, billahi, dan tallahi. Artinya demi Allah. Karena membawa nama Allah maka harus diucapkan dengan penuh kejujuran.
”Orang yang bersumpah tidak boleh berbohong, karena telah menggunakan nama Allah subhaanahu wa ta’ala. Orang yang banyak sumpah, akibatnya banyak orang yang tidak percaya,” katanya.
Dia menerangkan, bersumpah yang perlu saja atau bila terdesak. Orang Arab zaman dahulu mendapatkan pujian karena tidak banyak bersumpah. Sebagaimana kata seorang penyair: Mereka (orang Arab) jarang bersumpah, kalaupun bersumpah mereka sangat menjaganya.
Dikatakan, menjaga sumpah itu penting sebagaimana firman Allah subhaanahu wa taala dalam surat al-Maidah: 89. Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu.
”Jangan bersumpah atas nama Allah masalah yang sepele atau ringan, lebih berat dari sumpah itu sendiri,” jelas Najih Ihsan yang anggota Majelis Tabligh PWM.
Dia menerangkan, dalam hadits sahih Bukhori-Muslim menceritakan, Abu Hurairah mendengar Rasulullah shalallahu alaihi was sallam bersabda: Sumpah itu dapat melariskan barang dagangan, tetapi menghapuskan barokah usaha.
”Orang yang bersumpah dalam jual beli dapat melariskan barang dagangannya. Artinya, barangnya terjual, tetapi tidak mendapat barokah. Barokah itu kebaikan yang mengalir. Tidak mendapat barokah artinya, barang yang terjual itu tidak membawa kebaikan bagi dirinya,” tuturnya.
Dalam hadits yang lain, sambung Najih, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Terdapat tiga golongan yang Allah tidak ajak bicara, tidak dilihat oleh Allah pada hari kiamat, dan juga tidak Allah sucikan, bagi mereka azab yang pedih (yaitu) orang yang telah beruban tapi malah berzina, orang yang miskin tapi sombong, dan orang-orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya, tidaklah dia menjual atau membeli kecuali dengan bersumpah. (HR Thabrani)
Dia mengatakan, orang yang dikaruniai pangkat hendaklah berhati-hati, sebab sumpah yang pernah diucapkan itu adalah ujian kejujuran, yang akan diketahui masyarakat, apa yang pernah diucapkan harus disikapi dengan jujur dan tidak boleh bohong.
Mengakhiri pengajiannya di PCM Babat, dia berpesan karyawan Muhammadiyah hendaklah jujur. Jangan sampai terjadi mau menerima seragam batik Muhammadiyah, THR tetapi mengikuti pengajian, paham Muhammadiyah tidak mau. ”Memang kejujuran sangat perlu dilakukan pada karyawan atau warga Muhammadiyah,” tandasnya. (*)
Penulis Hilman Sueb Editor Sugeng Purwanto