PWMU.CO – PHIWM jawaban atas persoalan bangsa disampaikan Rukmini Amar dalam webinar Peneguhan Ideologi Amal Usaha Aisyiyah, Sabtu (25/12/21).
Dalam acara yang diselenggarakan Majelis Pembinaan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur Dra Hj Rukmini Amar ini memaparkan sejarah tentang awal lahirnya Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). Dia lahir pada Muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta sebagai jawaban atas persoalan bangsa setelah tumbangnya era orde baru dan lahirnya era reformasi.
“Situasi saat itu terjadi perang pemikiran, budaya, informasi yang memunculkan berbagai macam ideologi, paham, isme dan sekte baik yang mendasarkan pada agama dan filsafat yang melahirkan sikap, pandangan hidup, jalan hidup yang dipilih seseorang,” jelasnya saat menyampaikan materi PHIWM dalam Kehidupan pribadi dan Mengelola Amal Usaha.
Dia memaparkan PHIWM dikembangkan dan dirumuskan dalam kerangka sistematika, yaitu bagian pertama adalah Pendahuluan, kedua adalah Islam dan kehidupan, dan ketiga adalah Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah.
“Ini berisi tentang bagaimana kehidupan pribadi, kehidupan dalam keluarga, kehidupan bermasyarakat, kehidupan berorganisasi, kehidupan mengelolah amal usaha kehidupan dalam berbisnis, kehidupan dalam mengembangkan profesi, kehidupan dalam berbangsa dan bernegara,” ungkapnya.
Selain itu, sambungnya, ada kehidupan melestarikan lingkungan, kehidupan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kehidupan dalam seni dan budaya. Semua disajikan lengkap sebagai panduan hidup bagi warga Muhammadiyah.
Prinsip Hidup Tauhid
Rukmini menjelaskan tentang akidah bahwa seorang mukmin harus memiliki prinsip hidup tauhid yang benar, ikhlas, dan tunduk. Ini sesuai dengan isi surat al-Furqan ayat 63-75 yang mengandung makna, diantaranya rendah hati, tidak kikir, tidak syirik, tidak berzina, tidak membunuh, mau bertobat, mengerjakan amal shaleh, tidak memberikan persaksian palsu, dan menjaga kehormatan.
“Selain itu juga dalam surat al-Ikhlas ayat 1-4, yang mengandung makna persaksian bahwa Allah, Tuhan yang Maha Esa, Tuhan tempat bergantung dan bermohon, Tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan Dia.
Sumber Aktivitas Kehidupan
Rukmini menerangkan iman dan tauhid sebagai sumber dan seluruh aktivitas kehidupan, menjauhi tahayyul, khurafat dan bidah yang bisa menodai Iman dan tauhid.
“Ini sesuai dengan surat an-Nisa ayat 136 yang artinya Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikai-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu tekah sesat sejauh-jauhnya.”
Dia kemudian menerangkan tentang akhlaq, kita dituntut meneladani perilaku Nabi dalam praktik akhlakul karimah sebagai uswah hasanah, juga dalam beramal dan kegiatan hidup didasarkan pada niat yang ikhlas, ihsan, menjauhkan sifat riya, sumah, ishraf, fasad, fahsya, mungkar, dan dalam bekerja, harus jauh dari KKN.
Tentang Ibadah, Rukmini mengajak kita untuk selalu membersihkan hati ke arah terbentuknya pribadi muttaqin dengan tekun beribadah dan beramal shaleh dan menumbuh suburkan amalan sunnah.
Bagaimana dengan muamalah duniyawiyah? Dia menjelaskan sebagai abdi (hamba) Allah dan khalifah Allah senantiasa berpikir secara bayani, burhani dan irfani yang mencerminkan cara berpikir yang Islami dan mempunyai etos kerja Islami, kerja cerdas, disiplin tidak menyia-nyiakan waktu untuk mencapai tujuan. (*)
Penulis Lilik Isnawati. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.