PWMU.CO– Kunjungi Jogokariyan, Takmir Masjid Muhammadiyah Gresik adakan studi banding dan belajar manajemen memakmurkan masjid, Senin (27/12/2021).
Rombongan ini terdiri Ketua Takmir Masjid Ahmad Dahlan Gresik, Anas Tohir SAg MPd, Takmir Masjid At-Taqwa PPS Drs Djamiat, Masjid Sabilillah Melirang Bungah Farid, Masjid Mujahidin Sembayat Mahmudi, Masjid Al-Aqsa Sukomulyo GKB Husnul Khuluk MPd, dan Masjid Al Qalam Gresik Muhammad Naufal Lc MSi.
Tiba di Masjid Jogokariyan pukul 04.30, langsung shalat Subuh. Masjid bercat hijau itu masih dipenuhi para jamaah mendengarkan kultum. Mereka memenuhi ruangan dalam, teras dan halaman.
Jamaah usia lanjut di shaf belakang sambil duduk di kursi lipat. Terdengar narasumber membahas ciri-ciri bangsa Arab pada masa Rasulullah yaitu, jujur, pintar berdagang dan kualitas sastranya.
Selesai kultum, sebagian besar jamaah masih bertahan di masjid membaca al-Quran. Ada tiga nenek yang memegang al-Quran duduk berjajar membaca surah Asy-Syams. Setelah itu pulang.
Beberapa nenek yang duduk di kursi menunggu waktu shalat Dhuha. Mereka melaksanakan shalat sunnah sambil duduk. Mereka adalah jamaah terakhir yang meninggalkan masjid. Sambil berpegangan pada tongkat kayu, mereka pulang. Sekuriti masjid membantu mengambil sandal dan memasangkan pada kedua kakinya.
Baru beberapa saat masjid sepi. Terlihat muda-mudi memarkir sepeda motornya dan memasuki masjid. Mereka menyempatkan shalat Dhuha sebelum berangkat beraktivitas. Pagi itu orang-orang hilir mudik masuk keluar masjid. Sekuriti berusia lanjut itu ikutan sibuk mengatur parkir kendaraan.
Di area kantor takmir, koleksi penghargaan berjajar dalam almari kaca di atas pintu. Juga dipajang di ruang sebelahnya. Di sebelah ruang takmir terdapat konter penjualan suvenir. Ada songkok batik dengan jurai di belakangnya. Songkok khas Jogokariyan kini makin populer.
Bubur Ayam dan Teh Hangat
Sekuriti mempersilakan rombongan tamu menikmati sarapan bubur ayam. Rasanya gurih dan nikmat. Lalu menuju aula di lantai dua. Ruang ber-AC beralas karpet coklat yang empuk. Ada sajian segelas teh hangat.
Ketua Takmir Masjid Ahmad Dahlan Gresik, Anas Tohir, sebagai juru bicara menyampaikan maksud kunjungi Jogokariyan untuk silaturahim supaya tahu langsung kondisi masjid yang memiliki manajemen dan pengelolaan yang baik.
Kemudian Ustadz Anas mengenalkan anggota rombongannya. ”Masjid Al Aqsa adalah satu-satunya masjid yang pakai lift di GKB,” cerita Ustad Anas.
Ketua Takmir Masjid Jogokariyan drh Agus Abadi menjelaskan sejarah masjid ini. ”Masjid Jogokariyan berdiri pada tahun 1966. Sampai tahun 2000 masih manajemen tradisional. Pada tahun 1999-2000 ada Pemilu takmir rasa pilpres,” ujarnya.
Takmir baru, katanya, menggunakan manajemen modern dengan mendata dan pemetaan jamaah dan warga sekitar. ”Berapa jumlah jamaah, usianya berapa saja, yang belum bisa shalat berapa dan seterusnya,” paparnya.
Juga pendataan warga yang shalat berjamaah, haji, berkurban. Ada yang meninggal, pindah atau masuk Jogokariyan semua terdata. ”Karena ini berkaitan dengan penyaluran zakat fitrah dan zakat mal,” tambahnya.
Dijelaskan, Jogokariyan adalah nama kampung lokasi masjid. Kemudian populer dengan nama Masjid Jogokariyan. ”Sama seperti Rasulullah membangun masjid pertama kali di kampung Quba, maka masjidnya dinamai Masjid Quba,” jelas Agus Abadi yang kemudian mendapat panggilan telepon dari warga untuk mengawinkan sapinya.
Jogokariyan, sambung dia, dulunya tempat tinggal pasukan kraton. Pada abad XVI, pasukan kraton tinggal di Dorobenteng. ”Sama Sultan disuruh keluar benteng. Menempati wilayah terluar dari Yogyakarta. Pasukan terbesar tinggal di Jogokaryo atau Jogokariyan,” tuturnya.
Untuk melestarikan budaya tentara kraton, masing-masing kampung punya seragam tentara berbeda-beda. ”Termasuk seragam kampung Jogokariyan. Ini untuk melestarikan perintah Sultan,” tegasnya. (*)
Penulis Estu Rahayu Editor Sugeng Purwanto