Refleksi Akhir Tahun 2021 dan Outlook Pendidikan Nasional 2022, oleh Prof Zainuddin Maliki; Anggota Komisi X DPR RI F-PAN.
PWMU.CO – Tahun 2021 ditandai dengan musibah pandemi Covid-19 yang membuat pembelajaran dilakukan dengan daring. Pembelajaran tatap muka belum bisa dilakukan sepenuhnya. Ancaman munculnya generasi rebahan akibat pembelajaran yang hanya bisa dilakukan dengan daring dalam waktu cukup lama begitu mengkhawatirkan.
Dalam pada itu Kemendikbudristek begitu banyak melakukan perubahan di bidang pendidikan. Perubahan dibuat episode demi episode. Selama satu tahun terakhir tercatat tidak kurang dari 13 episode perubahan.
Di dalam puluhan episode itu antara lain mencakup penghapusan Ujian Nasional, pembubaran BSNP, memperbesar jalur prestasi dalam PPDB zonasi, RPP satu halaman, guru penggerak, sekolah penggerak, dan program organisasi penggerak.
Lalu ada larangan menyalurkan dana BOS kepada sekolah yang tiga tahun terakhir siswanya kurang dari 60 peserta didik, kurikulum darurat dan penerapan kurikulum prototipe di bawah slogan merdeka belajar dan kampus merdeka.
Pergantian kurikulum yang terakhir dengan penerapan kurikulum prototipe banyak yang mengkhawatirkan munculnya apa yang disebut dengan throw away pedagogy—pedagogi sekali pakai ganti menteri ganti kebijakan, sehingga dikhawatirkan tidak ada kesinambungan pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Banyak yang mencemaskan karena begitu banyak perubahan dikawatirkan akan memunculkan risiko keterputusan sejarah. Perubahan apapun harus tetap dijaga kesinambungan, terutama dengan nilai-nilai lama yang bagus. Dengan begitu banyak perubahan kebijakan yang dikeluarkan maka Kemendikbud ristek harus menjamin terhindar dari risiko keterputusan sejarah.
Baca sambungan di halaman 2: Harus Banyak Mendengar