PWMU.CO – Mengembangkan Persyarikatan Muhammadiyah di Kalimantan Timur tidak semudah membalik tangan. Kondisi masyarakat yang kental dengan mistisisme dan sinkritisme merupakan tantangan tersendiri. Bukan itu saja, mindset atau cara berfikir masyarakat yang masih birokratis-feodalistik juga menjadi faktor penghambat.
Kepada pwmu.co, Mariman Darto—Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Timur yang membidangi Majelis Ekonomi dan Kewirausahan (MEK) dan Majelis Pemberdayan Masyarakat—bercerita panjang tentang kondisi masyarakat Kaltim dan bagaimana Muhammadiyah bisa berkembang seperti sekarang. Perbincangan dilakukan di sela-sela acara ‘Family Gathering’ yang berlangsung di Agro Wisata, Prigen, Pasuruan, Jatim (30-31/12).
(Baca: Inilah 10 Fakta Menarik dari Family Gathering Muhammadiyah 2016)
“Problem lain yang dihadapi Muhammadiyah adalah tidak padunya antara kebijkan pemerintah dengan Persyarikatan,” ungkap mantan aktivis IMM itu. Padahal, lanjut dia, kebanyakan pejabat yang ada di Kaltim adalah orang Muhammadiyah. “Nah, kalau ini saja tidak bisa disinergikan tentu akan sulit untuk memperluas jangkauan sinar Sang Surya di sana,” tutur Mariman.
Kepada media Muhammadiyah Jatim ini, doktor ekonomi lulusan Program Pasca Sarjana Universitas Mulawarman itu menyampaikan beberapa langkah yang dia lakukan untuk melewati berbagai tantangan itu. “Saya berupaya keras memperbaiki melalui tempat kerja saya,” tuturnya.
(Baca juga: Catatan Kidal dalam Muktamar XX IPM di Samarinda)
Cara yang dilakukan Mariman cukup sederhana, meski berisiko. “Kebanyakan orang menyembunyikan identitas Muhammadiyah-nya ketika berada di lingkungan kerja. Tapi saya berbalik 180 derajat. Saya justru mengenalkan pada semua teman-teman kantor, bahwa saya adalah orang Muhammadiyah,” tutur Kepala Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III Lembaga Administrasi Negara se-Kalimantan yang berkantor di Samarinda.
Dengan menyampaikan identitas, dia berharap bisa membawa wacana dan memahamkan pada mereka bahwa Muhammadiyah itu memiliki konsistensi pada kebenaran dan keteguhan dakwah Islamiyah.
(Baca juga: Jenguk Korban Bom Samarinda, Mendikbud Teteskan Airmata)
“Saat itulah saya semakin kukuh untuk mulai membumikan Muhammadiyah di Kalimantan Timur, dengan cara-cara hikmah. Semoga ini memiliki makna jariyah untuk masa depan,” kata aktivis yang pada tahun 2017 ini akan menerbitkan buku ke-3-nya: ‘Memimpin Perubahan: Menghadirkan (Kembali) Negara’,
“Tapi Saya sudah siap dengan risiko apapun. Tak sedikit juga yang mengancam mau melaporkan saya ke polisi. Dan istri tidak pernah tahu. Gara-gara diwawancarai pwmu.co ini dia jadi tahu masalahnya,“ kata Mariman sambil tertawa lepas di samping istrinya. Baca sambungan di halaman 2 …