Farid Ma’ruf, Pejuang Multiwarna, Perselisihannya dengan Hamka Berakhir Indah, oleh M. Anwar Djaelani, penulis buku KH Ahmad Dahlan: Gelegak Dakwah Sang Penggerak.
PWMU.CO – Prof Mayjen KH Farid Ma’ruf Lc, demikian nama dan gelar lelaki teladan ini. Perjalanan hidupnya sungguh penuh gelora. Semuanya dalam bingkai dakwah dan kepejuangan yang kuat.
Farid Ma’ruf lahir pada 25 Maret 1908 di Kauman Yogyakarta. Sejak kecil dia tekun dan taat beribadah.
Terpelajar dan Aktivis
Di antara pendidikan yang dilaluinya adalah: HIS (Holandsche Indische School) tahun 1920, Madrasah ibtidaiyah tahun 1927. Selepas itu, pada umur 19 tahun, dia merantau, belajar di Sekolah Menengah Dar el-Ulum. Lalu ke Universitas Al-Azhar Kairo Mesir dan selesai tahun 1932.
Selama studi di Al-Azhar Mesir, Farid Ma’ruf aktif menulis. Dia suka berkegiatan di dunia jurnalistik. Pada 1927, dia langsung menjadi staf pimpinan majalah Seruan Al-Azhar, termasuk ikut mendirikan “Perhimpunan Indonesia Raya”.
Pada 1932 Farid Ma’ruf menjadi wartawan harian Al-Balagh di Kairo Mesir. Sementara, di negeri sendiri, menjadi koresponden Harian Adil di Solo dan Suluh Rakyat Indonesia. Pun, selama kuliah di Kairo, dia menjadi kontributor majalah Suara Muhammadiyah.
Bersama Muhammadiyah
Sekembali dari Kairo, Farid Ma’ruf aktif di Muhammadiyah. Pada 1937-1939 menjabat sebagai Sekretaris PP Muhammadiyah. Selanjutnya, 1939, berdasarkan hasil muktamar Muhammadiyah, Farid Ma’ruf menjadi Wakil Ketua PP Muhammadiyah.
Rupanya, aktivitas menulis termasuk salah ciri yang melekat pada Farid Ma’ruf. Jika pada saat dia masih kuliah di Kairo aktif sebagai salah seorang kontributor Suara Muhammadiyah, maka pada 1965-1972 dia justru aktif memimpin penerbitan majalah Suara Muhammadiyah. Dia juga berpengalaman sebagai redaktur Almanak Muhammadiyah.
Penuh Warna
Aktivitas kehidupan Farid Ma’ruf penuh dinamika. Selain yang telah disebut di atas, Farid Ma’ruf pernah berpengalaman di bidang pendidikan, politik, militer, birokrasi dan pemerintahan.
Di bidang pendidikan, pada tahun 1934—setahun setelah pulang dari Mesir—Farid Ma’ruf menjadi guru di Madrasah Mu‘alimiin Muhammadiyah Yogyakarta. Dia mengajar mata pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris.
Dalam perkembangannya, Farid Ma’ruf pernah sebagai dosen/Guru Besar Luar Biasa di UGM. Juga, sebagai dosen/Guru Besar Luar Biasa pada PTAIN / IAIN Yogyakarta (sekarang, UIN Sunan Kalijaga). Pun, sebagai Guru Besar di Akademi Tabligh (Fakultas Ilmu Agama-Da‘wah/FIAD) Muhammadiyah. Selanjutnya, pernah menjadi Rektor IKIP Muhammadiyah Yogyakarta (sekarang Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta).
Di bidang politik, Farid Ma’ruf pernah menjadi anggota Pimpinan Pusat Partai Islam Indonesia dan Partai Masyumi. Dua partai itu, terutama yang disebut terakhir, cukup legendaris di masanya. Dia pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
Farid Ma’ruf juga pernah aktif di militer. Di situ, dia sampai mendapat pangkat Mayor Jenderal.
Di birokrasi/pemerintahan, Farid Ma’ruf pernah menjadi Dewan Pemerintah Daerah/Kepala Jawatan Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta. Farid Ma’ruf pernah menjadi Menteri Urusan Haji pada Kabinet Dwikora. Juga, pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Baca sambungan di halaman 2: Luas Berinteraksi