Din Syamsuddin: Orbiters ‘Kuliah’ 6 SKS bareng Rektor Unida laporan Sayyidah Nuriyah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Din Syamsuddin: Orbiters ‘Kuliah’ 6 SKS bareng Rektor Unida. Sang pembina, Prof M Din Syamsuddin MA PhD bersyukur, dalam Pengajian Virtual Orbit bertema Menghargai Waktu untuk Kemajuan Peradaban, Kamis (13/1/2022), yang menghadirkan Rektor Universitas Darussalam (Unida) Gontor Prof Dr KH Hamid Fahmy Zarkasyi MEd MPhil itu berlangsung menarik dan berkualitas.
“Ini sudah berapa SKS ya?” tanya dia sambil tertawa. “Anggaplah enam SKS di Universitas Islam Darussalam Gontor karena rektornya sendiri yang menyampaikan ceramah,” jawabnya kemudian.
Tema Filosofis
Sebelumnya, Din Syamsuddin menceritakan alasan pemilihan tema pengajian: Menghargai Waktu untuk Kemajuan Peradaban. “Temanya sedikit berbau filosofis,” ujarnya.
Dia mengungkap, akhir-akhir ini banyak tulisan menyebutkan, kebangkitan Asia Timur merupakan akibat dorongan etika Konfusianisme. “Hampir sama dengan Protestan, menekankan kerja keras, keuletan, kedisiplinan, penghargaan waktu, dan penghematan,” terangnya.
Adapun the emergence of East Asia (kebangkitan Asia Timur) ditandai pergeseran pusat ekonomi dunia dari Atlantik ke Pasifik, terutama kebangkitan Cina—negara raksasa yang ingin menguasai dunia. Meskipun, lanjutnya, kebangkitan dan kemajuan peradaban Barat hingga sekarang masih memegang supremasi peradaban dunia.
Peradaban
Din mengatakan, dalam pembahasan Prof Hamid malam itu, banyak menekankan pada peradaban. “Kemajuan peradaban sebagai sesuatu yang harus dicita-citakan oleh umat Islam dan dunia Islam untuk mengambil kembali kejayaan peradaban yang berada di tangan umat Islam pada abad pertengahan,” ujarnya.
Menurutnya, ini merupakan tantangan sekaligus peluang pada masa pascapandemi Covid-19. “Ini yang harus dibicarakan para pemangku amanat, pendidikan Islam, dan dunia Islam secara keseluruhan,” ujarnya.
Dia mengimbau agar dunia Islam lebih banyak membahas tema-tema peradaban alternatif di masa pasca-Covid. “Berorientasi masa depan!” ajaknya.
Pembahasan Prof Hamid terkait bukti atau produk peradaban Islam mengingatkan Prof Din pada sebuah paradoks (pertentangan). “Saya sebut nestapa, ketika kejayaan masa lampau itu belum bisa kita bangkitkan kembali,” ujarnya.
Dia sepakat dengan Prof Hamid, kualitas umat Islam tidak seperti dulu. Setidaknya, kata Prof Din, ada 70 hal harus kita lakukan untuk menyamai umat Islam pada masa lampau. “Kita Muslim, belum Mukmin,” imbuhnya.
Waktu
Dalam kaitannya dengan waktu, lanjut Prof Din, Islam adalah agama yang kitab sucinya paling banyak berbicara tentang waktu. “Sampai-sampai Allah bersumpah atas waktu, itu mengisyaratkan betapa waktu itu sangat penting,” ungkapnya.
Pelaksanan ibadah dalam Islam—seperti shalat, puasa, dan haji—banyak terkait dengan waktu. Yang jelas, kata dia, waktu itu singkat, terbatas, dan relatif (nisbi). Maka Prof Din berpesan, “Manfaatkan waktu, isilah waktu secara produktif dan berguna.”
Dia yakin, kejayaan umat Islam dulu, sangat berkaitan dengan bagaimana mereka memanfaatkan waktu. Kemudian, Din Syamsuddin juga meyakini, kita harus punya cita-cita membangun peradaban masa depan dalam lingkup kita masing-masing.
Sebab ada banyak pakar, termasuk Prof Fathurrahman, yang memproyeksi kebangkitan peradaban Islam dari Asia Tenggara. “Dia sangat menekankan pada aspek intelektualitas dan sistem pendidikan,” terangnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni