Jangan Takut Jadi Guru Penggerak, laporan Anisa Herwati, Kontributor PWMU.CO dari SD Musix Surabaya.
PWMU.CO – Dinas Pendidikan Kecamatan Wonokromo mengadakan Sosialisasi Program Guru Penggerak Angkatan VI, di SD Siti Khadijah, Jalan Ahmad Yani Surabaya, Selasa (25/1/2022).
Acara diikuti oleh 60 peserta dari sekolah dasar se-Kecamatan Wonokromo, Surabaya. Di antaranya: SD Muhammadiyah 6 (SD Musix), SD Al Falah, SDN Sawunggaling, SD Budi Darma, SD Proklamasi, SD Kristen Agape, SD Dewi Sartika, SD Hangtuah 1, SD Ngagel Rejo, dan SD Muhammadiyah 7. SD Musix mengutus dua gurunya: Anisa Herwati dan Hafsoh.
Pengawas Dinas Kecamatan Wonokromo Budiarti MPd memulai acara dengan salam dan candaan berbahasa Inggris untuk menyapa para peserta supaya acara semakin hidup.
“Good morning! Assalamualaikum every body. We have two years not met in KKG, but don’t forget to say salam if met each other. Lama sekali kita tidak bertatap muka ya, tak terasa sudah dua tahun ya. Waktu berjalan begitu cepat,” ujarnya.
Dia lalu memotivasi peserta. Katanya, mendaftar guru penggerak tidak menggunakan tes akademik, hanya pengalaman pribadi sebagai seorang guru.
Peran dan Tugas Guru Penggerak
“Guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh-kembang murid secara holistik. Aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidikan untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid,” terangnya.
Menurut Budiarti, peran dan tugas guru penggerak di antaranya menjadi pemimpin pembelajar yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah, dan menggerakan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan wilayahnya.
Selain itu, menjadi coach dan mentor bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah, membuka ruang diskusi positif dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
“Intinya pokoknya mendorong dan mendorong untuk memperbaiki pembelajar,” tandasnya.
Sebelum mengahiri sambutannya, dia memberikan motivasi untuk para peserta. “Ojo wedi karo (jangan takut jadi) guru penggerak,” ujarnya. Semua guru yang berusia di bawah 50 tahun harus mencoba menjadi guru penggerak.
“Sebelum saya meminta ke Panjenengan semua, saya sudah mendaftar sebagai fasilitator guru penggerak.Dan alhamdulillah saya diterima,” ungkapnya.
Baca sambungan di halaman 2: Awalnya Minder, Ternyata Menyenangkan