Menabung Pahala oleh Faruq Ahmad Futaki, Manajer Bankziska
PWMU.CO– Bankziska yang baru berjalan setahun ternyata menarik minat akademisi untuk meneliti pengaruhnya terhadap pemberdayaan UMKM dari lepas dari jeratan rentenir. Setidaknya saat ini ada empat peneliti berbeda yang sedang riset di Bankziska.
Bankziska singkatan dari Bantuan Keuangan Berbasis Zakat Infak Sedekah dan Dana Sosial Keagamaan. Ini merupakan rogram tasharuf Lazismu Jatim untuk pemberdayaan usaha mikro melalui sistem al-qardul hasan guna mencegah masyarakat dari jeratan rentenir.
Umairu Salimi, mahasiswa Universitas Darussalam Gontor Ponorogo asal Malaysia meneliti dengan mengangkat bahasan kesesuaian akad qordh Bankziska dengan fatwa Dewan Syariah Nasional MUI.
Lalu ada Siti Zubaidah, mahasiswa S2 Ekonomi Islam Unair, dengan tema tesis Integrasi Lembaga Amil Zakat dan Lembaga Keuangan Syariah untuk penyelamatan riba UMKM.
Kemudian ada dosen Unmuh Ponorogo meneliti tentang sistem manajemen Bankziska dan dosen IAIN Ponorogo tentang Relawan Bankziska. Semuanya masih dalam proses survei.
Sebelumnya Khalimatus, mahasiswa UIN Surabaya meneliti tentang strategi penyaluran dana ZIS di Bankziska. Lalu Ashfihani, mahasiswa IAIN Ponorogo meneliti tentang efektivitas pendistribusian dana ZIS melalui Bankziska.
Selain sebagai sumbangan akademik, hasil penelitian ini menjadi masukan sangat berarti bagi Bankziska. Ada kisah menarik di balik penelitian Zubaidah, mahasiswa S2 Unair. Sebelum menjawab alasan kenapa dia meneliti Bankziska, dia bercerita keresahan akademik yang dialaminya. Tentang ayat al-Quran surat al-Baqarah 276. ”Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.”
Dia meyakini sedekah adalah lawan riba, sedekah adalah obat riba. Lalu dia ingin membuat penelitian konseptual penyelamatan orang dari jeratan riba dengan filantropi sedekah. Lantas mengonsep perwujudan pemusnahan riba melalui sedekah.
Bagi saya, ide penelitiannya menarik. Berawal dari inspirasi al-Quran. Akhirnya berusaha mengonsep mewujudkannya dalam dunia nyata.
Namun hal ini urung dilakukannya. Dosen pembimbing menyarankannya ke Bankziska. ”Tidak hanya konsep, Bankziska telah melakukannya,” kata dosen pembimbingnya.
Dari rumahnya di Madura dia meluncur ke Ponorogo. Mukim beberapa hari di Bankziska untuk penggalian data.
Semalam dia saya ajak ke Masjid Darul Arqam, Jintap, Wonokerto. Pusat kampung bebas rentenir binaan BankZiska di Ponorogo.
Saya pertemukan dia dengan 70 mitra Bankziska dan beberapa relawan: Pak Budi, Pak Kamituwo, Pak Yitno, Yayan, Habibi dan Faiz.
Saya lihat dia sibuk wawancara dengan para mitra dan relawan. Kepada mitra dia bertanya tentang kebermanfaatan Bankziska. Dengan relawan dia bertanya tentang kegiatan apa saja yang dilakukan.
Siang hari sebelumnya dia ke pasar tradisional. Observasi wawancara dengan mitra dan relawan Bankziska.
Saya lihat dia begitu menikmati perjalanan penelitiannya. Kesan bahagia dengan Bankziska begitu terasa.
Apalagi saat secara simbolik dia diminta menyerahkan bantuan baner bagi para UMKM Bankziska. Juga saat menyampaikan doorprize bagi para mitra Bankziska.
Saat saya nulis ini. Dia sedang di salah satu mitra Bankziska. Seorang penjual bakso. Dia WA,”Pak ini saya lagi makan bakso.”
Beberapa mitra BankZiska memang sebagai penjual bakso. Ada yang mangkal dan ada yang keliling. Salah satunya telah lepas pinjaman berbunga harian. Yang sedang jadi informan Zubaidah.
Selang beberapa saat kemudian ada WA masuk dari admin BankZiska. ”Pak, Mbak Zubaidah titip donasi buat Bankziska.” Masyaallah.
Lalu saya hubungi dia untuk menyampaikan terima kasih. Lantas dia berbalas. ”Saya juga ingin menabung pahala di Bankziska, Pak. Mohon doanya tesis saya dapat bermanfaat.”
Banyak kisah mengharukan di Bankziska. Mulai dari uang surga Bankziska, sedekah ikhlas para relawan, sedekah para mitra sampai dengan nabung pahala peneliti di Bankziska. (*)
Editor Sugeng Purwanto