Kezaliman Dikira Kebaikan oleh Abu Nasir, Ketua PDM Kota Pasuruan.
PWMU.CO– Akan tiba masanya sebuah negeri disiksa Allah. Hal ini disebabkan oleh kezaliman penguasa dan sebagian penduduknya. Al-Quran menyatakannya dalam surat Hud ayat 102
وَكَذٰلِكَ اَخْذُ رَبِّكَ اِذَآ اَخَذَ الْقُرٰى وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۗاِنَّ اَخْذَهٗٓ اَلِيْمٌ شَدِيْدٌ
Begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksaNya sangat pedih, sangat berat.
Ketika siksa itu datang, kebinasaanlah yang terjadi. Penguasa zalim akan tumbang, para pejabat korup terpenjara, anggota parlemen yang terhormat tidak bisa pamer kekayaan dan mobil mewah, hakim dan jaksa lalim hidup seperti di neraka, pengusaha rakus meronta ronta dan para buzzer bayaran serta penjilat kekuasan mati ngenas tak berdaya. Saat kehancuran tiba, para pelaku kezaliman tidak bisa tenang dan aman hidupnya.
Namun datangnya siksa Tuhan untuk pelaku kezaliman itu tidak serta merta dan secepatnya. Ada episode kehidupan yang masih dilalui oleh mereka. Ada periode pembiaran, pengangkatan dan penghiasan terhadap perbuatan dosa dan kezaliman yang mereka lakukan.
Segeram dan gregetannya kita kalau Allah masih membiarkan, siksa dan kebinasaan itu belum akan datang.
Aku biarkan dan tangguhkan bagi mereka (waktu kehancuran itu). Sesungguhnya rencanaKu kokoh sekali. Demikian Allah nyatakan dalam surat al-A’raf ayat 183.
Pada mulanya orang-orang zalim dibiarkan oleh Allah menjalankan aksinya. Memberi kesempatan mereka supaya menyadari kesalahannya dan bertaubat. Ditangguhkan azab Allah ini agar mereka menggunakan nalar dan akal sehat bahwa kebijakannya menyesatkan dan menyengsarakan rakyat.
Allah biarkan dulu itu semua supaya hatinya terketuk oleh berbagai tuntutan rakyat yang menderita akibat kebijakannya yang hanya mementingkan segelintir orang.
Istidraj
Jika mereka bergeming dan tetap pada kebijakannya itu Tuhan pun masih memberikan kesempatan kedua. Sebenarnya sedikit demi sedikit kenikmatan kekuasaan yang mereka miliki sudah mulai ditarik.
Ayat ke 182 dari surat al-A’raf sudah mengingatkan adanya kesempatan menyadari kesalahan, yaitu diberikannya istidraj. Berupa diperluasnya kekuasaan, dipermudahnya kenikmatan dan kekayaan, disukseskannya semua usaha. Namun itu sebenarnya bermakna diambil sedikit demi sedikit dengan cara diangkat dan dibesarkan kekuasaan, kekayaan dan kenikmatan, sebelum akhirnya dihancurkan oleh Tuhan dan diambil semua kenikmatan dan kesuksesan itu tanpa mereka sadari.
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.
Saat hati tertutup, nalar tidak jalan dan akal pikiran sakit parah sulit untuk bisa melihat bahwa mereka sedang diberi waktu untuk sadar, serta diberi istidraj. Alih-alih menyadari kesalahannya, pelaku kezaliman akan semakin bangga dan bahagia dengan perbuatan dan kebijakannya. Saat itulah mereka telah benar-benar masuk perangkap setan.
Bangga Kezaliman
Masuk perangkap setan berarti merasa senang dan bangga dengan perbuatan dosa, keburukan, dan kezaliman. Telah dihiaskan dalam pandangan mereka perbuatan dosa dan zalim sebagai kebaikan, keindahan dan kemaslahatan.
Setan telah menghiaskan kebaikan (dalam pandangan mereka ) segala perbuatan (zalim ) mereka. (Al- Ankabut: 38 ).
Pelaku maksiat bangga dengan maksiatnya, perampok uang negara, koruptor tertawa-tawa tanpa merasa bersalah, mengambil keuntungan di tengah pandemi dibilang membantu rakyat, hakim dan jaksa mengubah pasal dengan dalih meringankan terdakwa, membunuh manusia tanpa salah malah dinaikkan pangkatnya, penguasa dengan penuh jumawa memamerkan kebijakan. Maka kezaliman demi kezaliman terus dilakukan.
Saat pandangan tazyin al-syayathiin menguasai diri manusia maka lahirlah UU yang melemahkan KPK, Omnibus Law, dan UU IKN. Itulah kesuksesan dan prestasi yang semuanya berdalih untuk kepentingan rakyat seluruh negeri. Bahkan bisa jadi UUD 45 diamandemen demi kepentingan kelanggengan kekuasaan dan ambisi pribadi.
Seorang mukmin seharusnya berhati-hati, waspada, dan menyadari bahwa kemudahan, kesuksesan dan kenikmatan yang didapat merupakan amanah dan ujian Allah swt. Jika mereka menerima suatu peringatan dalam bentuk apapun, dijadikan sarana membuka kesadaran akal dan kejernihan hati akan nikmat Allah yang tidak boleh dikhianati.
Sebab kalau tidak, saat kehancuran serta siksa Tuhan akan terjadi dan itu tinggal menunggu waktu karena periodesasi pelaku kezaliman telah habis! Wa Allahu a’lam bish-shawab.
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ * فَقُطِعَ دَابِرُ الْقَوْمِ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka. Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’am: 44-45)
Editor Sugeng Purwanto