PWMU.CO – Degdegan, siswa kelas IX Madtsamuda saat mengikuti proses Ujian Akhir Tahfidhul Quran (UATQ) yang dilaksanakan, Rabu (9/2/22).
UATQ MTs Muhammadiyah 2 Pondok Karangasem Paciran (Madtsamuda) ini diikuti 155 peserta didik yang dibagi menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok akan dibimbing seorang penguji dengan jumlah 25 siswa.
Direktur Tahfidh Dra Luluk Mursyidah menjelaskan UATQ adalah salah satu syarat agar peserta didik kelas IX bisa mengikuti rangkaian ujian akhir lainnya.
“UATQ ini telah kami laksanakan mulai tahun 2011. Selain untuk menguji kemampuan dan kualitas hafalan peserta didik,” ujarnya mantan Kepala Madtsamuda tahun 2011 ini.
Dia memaparkan UATQ ini juga merupakan syarat agar peserta didik ini juga sebagai syarat agar peserta didik bisa mendapatkan ijazah,” terangnya.
Program Unggulan
Luluk Mursyidah menjelaskan UATQ merupakan salah satu bentuk asesmen untuk mengawal kualitas program unggulan Madtsamuda yakni Tahfidhul Quran. Dalam pelaksanaan UATQ, peserta didik kelas IX harus menyetorkan hafalan mutqin minimal 2 juz yani juz 30 dan juz 1.
“Meskipun pada realitasnya banyak peserta didik kelas IX yang mampu menyelesaikan sampai dengan 5 juz lebih,” tambahnya.
Dalam pelaksanaan, lanjutnya, peserta didik yang melakukan UATQ akan diberi kesempatan setoran hafalan kepada pengujinya dalam sekali duduk minimal seperempat juz.
Keberagaman Kemampuan
Guru Tahfidz, Fiyadlotul Fahriyah menjelaskan, dalam pelaksanaan UATQ tahun ini peserta didik memiliki keberagaman kemampuan dalam menuntaskan hafalan.
“Kita selaku guru tahfidh sekaligus penguji UATQ memahami betul kemampuan peserta didik yang berbeda-beda. Oleh sebab itu kami memberi kebebasan untuk peserta didik dalam menyetorkan hafalan. Ada yang setiap bertemu menyetorkan seperempat juz ada juga yang dalam sekali duduk menyetorkan 1 juz,” kata guru yang telah hafidz 30 juz ini.
Memang tidak bisa dipungkiri, sambungnya, Tahfidh al-Quran merupakan program unggulan yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan Madtsamuda pada 11 tahun terakhir ini. UATQ merupakan bentuk ujian lisan yang sangat membuat dag dig dug der bagi peserta didik kelas IX pada setiap tahunnya.
Perjuangan Ekstra
Peserta didik kelas OIX C, Sabrina Meilania menceritakan jika UATQ merupakan ujian yang membutuhkan perjuangan ekstra.
“UATQ merupakan ujian yang sangat sakral bagi siswa yang akan mengikuti ujian-ujian yang lain. UATQ inilah yang membuat saya dan teman-teman enggan untuk tidur nyenyak karena harus bangun tengah malam dalam rangka memurajaah hafalan saya,” tuturnya.
Dia mengangungkapkan, akan tetapi UATQ ini juga yang membuat saya dan teman-teman bangga dengan Madtsamuda karena dengan ujian ini saya merasa diperhatikan mengenahi kebutuhan akhirat, yakni dengan pembekalan hafalan al-Quran sebelum saya dinyatakan lulus.
“Semoga ke depan Madtsamuda semakin lebih baik dan semakin membanggakan bagi Muhammadiyah,” harap siswa asli kelahiran Desa Weru tersebut. (*)
Penulis Azhar Agus Salim. Co-editor Ichwan Arif. Editor Muhammad Nurfatoni.