PWMU.CO – Masjid kebanyakan diidentikkan dengan aktivitas ibadah shalat dan mengaji—ibadah yang hanya berhubungan dengan Allah. Jarang sekali masjid digunakan untuk keperluan antarsesama manusia, misalnya dalam ibadah sosial.
Ketua Lazismu Kota Malang Zakaria Subiantoro menyampaikan hal itu dalam acara sosialisasi Lazismu di Masjid Miftahul Jannah, Lowokwaru, Malang (8/1).
(Baca: Resmi, Lazismu Dikukuhkan sebagai LAZ Nasional)
“Pada zaman Nabi SAW, masjid digunakan sebagi pusat aktivitas umat Islam, baik yang berhubungan dengan hablumminallah maupun dengan sesama manusia (hablumminannas), termasuk untuk kegiatan sosial,” kata Toro—panggilan karibnya. Dia menyontohkan, salah satunya dengan melakukan penghimpunan dana zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) untuk pemberdayaan warga sekitar.
Di sisi lain, tutur Toro, uang hasil infak masjid yang diumumkan setiap shalat Jumat, pada umumnya hanya ditabung. “Tidak digunakan untul hal-hal produktif. Padahal dana itu bisa digunakan untuk pemberdayaan umat.”
Acara sosialisasi yang dihadiri oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Aisyiah serta warga maupun simpatisan Muhammadiyah setempat itu, Kata Toro, bertujuan untuk menyadarkan betapa pentingnya peran masjid dalam hal sosial. “Terutama untuk pemberdayaan ekonomi umat melalui dana ZIS. Selain itu, juga untuk memperkenalkan Lazismu Kota Malang agar warga mau mendonasikan sebagian hartanya ke Lazismu sebagai lembaga amil zakat resmi milik Muhammadiyah,” tambahnya.
Menurut Toro, Lazismu Kota Malang memiliki perwakilan di setiap masjid. “Dengan hadirnya Lazismu di setiap masjid, warga dimudahkan untuk berinfaq, sedekah maupun zakat msesuai dengan kemampuannya.” Apalagi, tambahnya, ada tenaga amil yang siap menjemput ke rumah-rumah. Tentu akan lebih mudah untuk ber-ZIS.
“Uang yang terkumpul itulah yang digunakan untuk pemberdayaan ekonomi umat warga setempat. Misalnya dengan pendirian usaha bisnis, pinjaman modal usaha, maupun untuk menyantuni guru yang gajinya kurang layak,” kata dia.
Toro juga menyinggung betapa rendahnya ukhuwah-antar sesama umat Islam. Terutama dalam masalah ekonomi. “Umat Islam, hanya saat shalat, shafnya rapat. Tapi ketika keluar masjid, kebanyakan jadi individualis,” ujarnya.
Menurutnya, keberadaan Lazismu di setiap perwakilan Masjid Muhammadiyah menjadi ujung tombak Lazismu untuk membantu memakmurkan masjid. “Impian terbesar Lazismu Kota Malang adalah tidak ada warga miskin di sekitar masjid,” kata Toro.
Suatu impian yang membutuhkan proses yang panjang. Namun sangat mungkin tercapai, dengan semangat ukhuwah antarsesama umat Islam untuk saling membantu. (Beni)