Guru Muhammadiyah Harus Menjaga Sembilan Pilar Ini, laporan Dwi Anjarwati, kontributor PWMU.CO Bojonegoro.
PWMU.CO – Pimpinan Daerah Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA) Kabupaten Bojonegoro menyelenggarakan Slaturahmi Intensif dan Kajian Al Islam-Kemuhammadiyahan kali kedua, melalui Google Meet, Kamis (10/02/2022).
Kajian yang diikuti kepala TK Aisyiyah se-Kabupaten Bojonegoro ini menghadirkan Dr Roli Abdul Rokhman, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bojonegoro Bidang Majelis Kader dan Majelis Pembina Kesehatan Umat (MPKU).
Roli Abdul Rokhman menyampaikan dalam memulai sebuah kebaikan dibutuhkan kegigihan perjuangan, karena zaman sekarang tidak ada orang yang tidak sibuk, rata-rata semua orang punya banyak kesibukan dalam berbagai levelnya.
Maka, kata dia, kita harus ada niat yang kuat agar bisa istikamah dalam melakukan kebaikan, menempatkan kesibukan yang bersifat rutinitas dengan kegiatan yang membawa manfaat untuk pengembangan diri seseorang.
“Jangan terjebak oleh rutinitas, karena akan menimbulkan kegersangan. Kita harus bisa memanajemen waktu dengan baik,” ujarnya.
Menurutnya, Muhammadiyah sebagai jalan takdir kehidupan sepanjang kehidupan kita, tidak ada satu pun aktivis yang ingin meninggalkan sebabmendarah daging. Oleh karena itu sejak dini harus sudah ditanamkan model bermuhammadiyah secara all out sebagaimana telah dicontohkan oleh generasi pertama pendiri Muhammadiyah.
Sembilan Pilar
“Yang menjadi jargon Muhammadiyah sekarang ini adalah berkemajuan. Di dalamnya terdapat sembilan pilar utama yaitu: jujur, amanah, tabligh, fathanah, adil, disiplin, kreatif, bahagia, dan mulia,” urainya.
Seorang guru Muhammadiyah atau Aisyiyah harus mampu menjaga sembilan pilar tersebut. Kalau tidak maka bisa diragukan kualitasnya dalam bermuhammadiyah atau beraisyiyah.
Salah satu pilar, misalnya sifat tabligh, tidak hanya menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah SWT kepada sesama manusia. Namun lebih daripada itu harus dibarengi dengan usaha-usaha mendidik anak agar mempunyai pengetahuan dan pengalaman melaksanakan kebaikan dalam kehidupan,” tandasnya.
Harmoni Segitiga Emas
Dalam segitiga emas ada di alamnya yaitu iman, ilmu, dan amal. Segitiga ini sisinya saling berkaitan satu dengan lainya, sehingga guru harus menciptakan pembelajaran dengan beragam metode. Dalam istilah sekarang blended learning. Sekolah yang maju bukan hanya gurunya yang pintar namun anak didiknya harus pintar dapat menampilkan prestasi terbaik
“Saat guru menjelaskan sebuah ilmu harus dibarengi dengan penjelasan terkait ada asal-usulnya, bagaimana bangunan ilmunya dan apa manfaatnya. Agar anak didik mampu menangkap dan juga mau melakukan dengan penuh makna terhadap apa yang disampaikan oleh guru,” kata Ustadz Roli, sapaan akrabnya.
Ustadz Roli menegaskan, menjadi sangat bermakna jika seorang guru menyampaikan pesan kepada anak didiknya dengan pemahaman ilmu yang memadai.
“Karena itu guru perlu berusaha terus meningkatkan keilmuan dengan banyak membaca, diskusi serta banyak mempraktikan ilmu yang telah didapat dalam kehidupan nyata,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni