Din Syamsuddin: Berkali-kali Haji Wujud Egoisme Beragama. Laporan Sayyidah Nuriyah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Pembina Orbit Prof KH M Din Syamsuddin MA PhD menyatakan, haji sebagai puncak ketakwaan berkaitan dengan peribadatan. “Ibadah sejatinya bukan tujuan atau terminal terakhir di mana seolah-olah kalau sudah kita lakukan, sudah selesaikan kewajiban kita kepada sang Pencipta,” ujarnya. Bahasan ini menutup Pengajian Virtual Orbit yang digelar daring via Zoom, Kamis (10/2/22) malam.
“Pulang berhaji dari Tanah Suci dengan gelar H atau Hj di depan namanya belum tentu menjadi haji mabrur! Ibadah itu jalan,” imbuhnya.
Kemudian dia menukil adz-Dzariyat ayat 56.
وَمَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَالۡاِنۡسَ اِلَّا لِيَعۡبُدُوۡنِ
Artinya, “Tidaklah diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah.”
Sebagai makhluk, lanjut Din, kita beribadah kepada Allah di mana ibadah yang dimaksud pada ayat tersebut menggunakan kata kerja present. Maksudnya, beribadah terus-menerus tanpa henti berproses hingga membentuk pribadi takwa.
“Makanya haji sering dikaitkan dengan mabrur: diri kita diliputi kebenaran. Tidak sedikit pulang dari Tanah Suci bukan jadi haji mabrur tapi jadi haji yang tertolak,” ungkapnya.
Contohnya, saat haji tak perhitungan berinfak jika ada yang meminta-minta. “Jamaah Indonesia menjadi sangat dermawan,” komentarnya. “Tapi setelah pulang ke Tanah Air, sifat kedermawanannya hilang. Begitulah ketika manusia tidak menjadikan ibadah sebagai jalan!”
Baca sambungan di halaman 2: Berkali-kali Haji