Mubalighat Tak Harus Superwoman. Laporan Sayyidah Nuriyah dan Ain Nurwindasari, Kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Mubalighat Tak Harus Superwoman. Hal ini disampaikan Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik Idha Rahayuningsih MPsi membuka Follow Up Pelatihan Mubalighat Muda.
Dalam pelatihan daring via Zoom yang digelar Majelis Tabligh PDA Gresik itu, hadir dua narasumber, Kaprodi Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) Noor Amirudin SPdI MPdI dan Dra Hj Khoiriyah dari PDA Gresik, Ahad (13/2/22).
Idha menyatakan, follow up ini terselenggara sesuai rencana. “Pelatihan mubalighat itu tidak hanya satu hari, justru di follow up ini inti yang dapat meningkatkan skill kita untuk menjalankan dakwah baik secara tatap muka, melalui tulisan, maupun dengan memanfaatkan teknologi,” terangnya.
Tiga Bentuk Follow Up
Dua pekan sebelumnya, pada pelatihan pertama (baca: Bayi-Bayi pun Ikut Pelatihan Mubalighat Muda), peserta memang diberi kebebasan memilih jenis follow up yang mereka inginkan di antara tiga alternatifnya. Yaitu dakwah melalui video virtual, tertulis, dan tatap muka langsung.
Karena peserta yang mendaftar follow up berdakwah lewat video banyak izin berhalangan hadir, pertemuan kelompok ini ditunda. “Monggo Bu Ain mengoordinir peserta yang berminat materi ini di lain waktu,” imbaunya kepada Anggota Majelis Tabligh PDA Gresik Ain Nurwindasari MIRKH.
Sedangkan follow up dakwah bil qolam (lewat tulisan) dan tatap muka langsung tetap berjalan beriringan dalam ruang Zoom yang terbagi dua. Peserta berpencar ke ruang Zoom sesuai pilihan masing-masing.
Sebelum berpencar, calon mubalighat dari Nasyiatul Aisyiyah yang diutus Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) se-Kabupaten Gresik berkumpul di room utama Zoom untuk menyimak pemaparan Noor Amirudin. Dia menjelaskan kiat penyusunan materi dakwah secara umum (https://pwmu.co/227408/02/13/panduan-lengkap-cara-menyusun-dakwah/) selama sekitar sejam.
Tidak Superwoman
Idha berharap, pemaparan Amir—panggilan akrab Ustadz Noor Amirudin—membantu peserta memiliki gambaran topik dakwah sesuai keinginan masing-masing. “Kita semua memiliki minat dan kemampuan yang berbeda-beda,” ujarnya.
Dia lantas mengimbau peserta menuliskan topik dakwahnya pada presensi online. “Sehingga kita bisa tahu mubalighat akan memfokuskan pada materi apa, mengasah kompetensinya pada bidang apa,” imbuhnya.
Dengan begitu, nantinya PDA Gresik dapat mengarahkan pada sasaran dakwah yang tepat. “Untuk yang berdakwah secara face to face (lisan), kita akan fasilitasi untuk memberikan ceramah di cabang lain,” ungkap Idha.
Idha juga menegaskan, mubalighat tidak harus menguasai semua materi karena kita tidak bisa seperti superwoman.
Walaupun tidak punya latar belakang memadai dalam bidang agama, lanjutnya, setidaknya peserta punya latar belakang keilmuan yang sudah dipelajari. “Coba kita kembangkan, dari background yang sudah kita miliki itu kita asah!” himbaunya.
Dalam bertabligh, sambungnya, mubalighat menyampaikan sesuai dengan kompetensi yang mereka miliki. Sambil kita berjalan sedikit demi sedikit, memperbaiki aspek-aspek lain, kompetensi lain yang memang dibutuhkan untuk bertabligh.
Usai follow up, sesuai anjuran Idha, masing-masing kelompok membuat grup WhatsApp. Ucapan Idha terwujud. “Ini bukan pekerjaan sekali menyampaikan selesai, tapi para pemateri harapannya bisa membimbing sampai ada praktik dan output,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Muhammad Nurfatoni.