PWMU.CO– Turun jabatan? Tak perlu stres, galau, merasa tersisih, atau rendah diri. Obatnya, perbanyak aktivitas dan pahami jabatan ada batas waktunya.
Begitu pesan Edy Susanto, Sekretaris Forum Guru Muhammadiyah (FGM) Jawa Timur saat sesi perkenalan pengurus FGM di Hotel Kapal Garden Sengkaling,Malang, Senin (21/2/2022).
Pria kelahiran 50 tahun lalu itu mengatakan, makin sibuk setelah turun jabatan kepala sekolah. ”Karena banyak aktivitas tak sempat menikmati stres, apalagi post power sindrome. Jabatan itu tak perlu kita minta-minta. Ia anugerah. Pun jika diamanahi pantang ditolak,” tutur Edy Susanto.
Dia pernah menjabat kepala SD Muhammadiyah 4 Surabaya (SD Mudipat) tahun 2014-2018. Banyak prestasi yang ditorehkan. ”Saya pernah menjadi kepala sekolah berprestasi se-Kota Surabaya. Pernah membawa SD saya juara lomba budaya mutu nasional,” paparnya disambut tepuk tangan.
Hanya satu periode memimpin Mudipat, kini Pak Edy menjadi guru biasa lagi. Tak ada jabatan. Tetap mengajar dengan sepenuh hati, tak ada kesan sombong karena pernah menjadi kepala sekolah.
Prestasi lain yang dicatat SD Mudipat di zamannya seperti memecahkan rekor MURI. Yaitu band termuda, tarik tambang terpanjang, dan panahan termuda.
Penyebab Listrik Mati
Besar dari dusun terpencil Karangsemi, Gondang, Nganjuk, Edy jatuh bangun meniti kariernya. Setelah lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk, suami Siti Rahmah ini melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) mengambil jurusan Bahasa Inggris. Setelah lulus tahun 1995 ia mengajar di SD dekat Tugu Pahlawan Surabaya.
Mengajar di situ tidak berlangsung lama, sebab ada kejadian aneh di SD itu. Saat Edy mengajar, listrik sering mati. Sampai-sampai ada yang curiga dirinya penyebab listrik sering padam.
”Saya baru sadar kalau saya yang dicurigai penyebab listrik sering mati setelah seorang teman memberi tahu,” ungkap Edy. Penyebabnya karena dia lulusan Muhammadiyah. Setelah diberitahu begitu, ayah Anggika dan Inas ini mengundurkan diri.
Ternyata mujur. SD Mudipat butuh guru Bahasa Inggris. Iapun melamar dan diterima. Sejak 2001 hingga kini dia mengabdikan diri di Mudipat. Sebagai kader yang berintegritas, pemilik hobi musik ini lima tahun kemudian diangkat sebagai kepala urusan hubungan masyarakat (Kaur Humas). Periode selanjutnya menjadi wakil kepala sekolah, hingga menjabat kepala sekolah.
Ada pengalaman unik saat menjadi kaur, kepala sekolah meminta menghubungi Mukhlas Samani, mantan Rektor Unesa. Sebagai anak muda menghubungi pejabat tentu merasa sungkan. Ia minta kepala sekolah yang menghubungi.
Kepala sekolah langsung nyeletuk, ”Kaur Humas gak berani menghubungi Pak Mukhlas, leren ae (berhenti saja),” cerita Edy.
Akhirnya dengan segenap keberanian Edy menghubungi Mukhlas Samani dan sukses. Ketakutan yang sebelumnya menghalangi telah menjelma menjadi kekuatan. ”Ternyata saat terpaksa kita bisa bekerja lebih baik,” tegasnya.
Banyak Jabatan
Setelah selesai menjabat kepala sekolah satu periode, Edy bukannya malah santai. Makin banyak tugasnya. Menjadi ketua Majelis Dikdasmen Kenjeran. Menjadi ketua Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PDM Surabaya. Menjadi ketua MPKU PCM Ngagel. Menjadi ketua Tim Inovasi Pendidikan SMP Muhammadiyah 5 Surabaya, dan jabatan lainnya.
”Bahkan saya sekarang diminta menjadi direktur Suara Muhammadiyah Corner Surabaya. Sekali lagi saya tidak minta,” tegasnya.
Banyaknya jabatan yang diemban itu membuat Edy sering ke kantor PDM Surabaya. Hampir tiap sore, selepas mengajar di Mudipat. Melaksanakan tugas dengan penuh kesungguhan. Sering ngopi sambil rapat bersama para pengurus untuk membahas program dan capaian kegiatan.
Masih sibuk membuat lagu dan menulis buku, juga menjadi narasumber di berbagai seminar. ”Berbuatlah lebih banyak. Apa saja, yang berguna, yang bermanfaat untuk kemajuan bangsa,” pungkas Edy. (*)
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto