Lagu daerah dan kostum daur ulang dalam Unjuk Kebolehan Siswa Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany). Laporan kontributor PWMU.CO Mahfudz Efendi.
PWMU.CO – Lagu daerah dan kostum daur ulang iringi “Unjuk Kebolehan Siswa” Kelas IV Flamboyan SD Almadany, Jumat (25/2/22). Kepala SD Almadany Nur Aini SPd dalam sambutannya mengatakan, para siswa SD Almadany diberikan bekal untuk masa depannya. Mereka juga diberikan pilihan untuk menemukan jalannya sendiri.
“Unjuk Kebolehan Siswa ini digelar sebagai bentuk penilaian Project Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis projek. Dalam PBL, siswa membuat suatu proyek yang nilainya tidak hanya untuk satu mata pelajaran, tapi bisa dikolaborasikan dengan mapel lainnya,” ujarnya.
Nur Aini mengapresiasi kegiatan edisi perdana tersebut, sebagai implementasi program kerja sekolah di Tahun Pelajaran 2021/2022. “Penilaian PBL ini merupakan edisi perdana yang dilakukan di sekolah. Semoga siswa dapat berkreasi dan berkolaborasi membentuk fisik yang sehat dan mental yang baik,” harapnya.
Dalam kegiatan tersebut, lima kelompok siswa dan empat penampil mandiri menunjukan bakat dalam berbagai talent yang dimilikinya. Nadine Nayyara Azkiyadina Zain menunjukan kebolehannya sebagai pembawa acara, meskipun menjadi pembawa acara adalah pengalaman pertamanya, dia mampu melakukannya dengan baik dan tidak grogi.
Sesuai bakat dan kebolehannya, Hanifa Arin Widiyangmuda yang ditunjuk sebagai pelantun ayat-ayat suci Alquran membawakannya dengan baik pula.
Sambutan Tiga Bahasa
Bertema Aku Anak Berbakat, angkatan pertama sekolah alam ini menunjukkan bakat seni yang luar biasa. Sebelum menampilkan tari kreasi yang diselingi gerakan-gerakan khas suku asal dari nyanyian tradisional yang dipilihnya, dua orang dari tiap kelompok membuka dengan sambutan dalam tiga bahasa, yakni Inggris, Arab, dan Jawa.
Kevin Raditya Apriyanto misalnya, dia membawakan sambutan dalam bahasa Jawa dengan sangat baik. ”Pengucapan, intonasi, dan pemenggalan katanya tepat. Dia juga membawakannya dengan tidak tergesa-gesa. Pas,” tanggap Guru Bahasa Jawa kelas IV Islahuddin SPd.
Gerakan-gerakan ala milenial yang dipadu dengan gerakan khas suku Papua dilakukan oleh kelompok Saturnus. Mereka terdiri dari Nadine, Kalila, Khansa dan Mauza dengan iringan musik Apuse. Tak kalah menarik penampilan kelompok Bumi yang digawangi Chia, Deano, Wildan dan Kenzie dengan iringan lagu Sajojo.
Lagu Sajojo dipilih kelompok Jupiter yang terdiri Kevin, Danish, Arsa, dan Aidil sebagai musik pengiring tari kreasi mereka. Sementara kelompok Venus, terdiri dari Arin, Ayra, Faruk, dan Azizah meliak-liuk, mereka mengikuti iringan musik lagu Cik-Cik Periuk yang berasal dari Kalimantan Barat. Perpaduan mereka lengkap dengan atribut bulu-bulu di kepala.
Sedangkan lagu asal suku jawa Gundul-Gundul Pacul mengiringi gerakan rancak tarian kelompok Uranus yang beranggotakan Kanaya, Arcelia, Zanuba dan Darrel. Dari penampil mandiri Kayra Aisyah dan Nora sama-sama memilih lagu daerah Maluku, yakni Rasa Sayange.
Lagu Daerah dan Kostum Daur Ulang
Selain dengan iringan lagu daerah yang menunjukan keanekaragama suku bangsa, adat dan budaya Indonesia, mereka juga memakai kostum yang mencerminkan suku asal nyanyian yang dipilihnya. Uniknya, kostum yang mereka pakai menggunakan bahan daur ulang, seperti kresek, tali rafia, dedaunan, hingga bungkus sabun detergen.
Di sisi lain, Ketua Paguyuban Kelas IV Ummu Fathonah yang turut mengawal kegiatan ini bersama guru kelas IV, mengaku bersyukur dan bangga dengan adanya kegiatan ini. “Keterkaitan semua pelajaran dalam satu bentuk proyek ini, menantang siswa untuk menampilkan kemampuan terbaiknya,” imbuh bunda Hanifa Arin Widiyangmuda tersebut.(*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.