PWMU.CO– Perubahan cepat terus terjadi termasuk di dunia pendidikan. Ikuti saja alurnya, hanya cara guru mengajar perlu disesuaikan zamannya.
Hal itu disampaikan Prof Dr Biyanto, guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya saat mengisi Rapat Kerja SMA Muhammadiyah 2 Surabaya di Solo, Sabtu (26/2/2022).
Prof Dr Biyanto memaparkan ciri perubahan itu yakni, adanya Robotic Automation, 3D Printer, Internet of Things, Data of Things, serta Artificial Intellegence.
Menurut dia, ciri perubahan ini sepatutnya dimanfaatkan sebijak mungkin oleh seluruh lapisan pendidikan Muhammadiyah. Salah satu cara menjawab tantangan pendidikan dengan memanfaatkan perubahan tersebut.
Belum tuntas menjawab perubahan cepat itu kini muncul yang baru lagi. “Di masa sekarang ini juga muncul istilah Metaverse,” tambahnya.
Biyanto menjelaskan, metaverse ini berasal dari kata meta yang artinya melampaui dan verse berarti alam semesta. Sehingga jika disatukan metaverse memiliki arti melampaui alam semesta.
“Metaverse digambarkan sebagai teknologi yang memungkinkan orang bisa berkumpul dan berkomunikasi dengan masuk ke dunia virtual. Di metaverse atau dunia virtual, setiap orang tidak akan berjalan secara individu,” jelas wakil ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim ini.
Biyanto menjelaskan, kecenderungan global ini memunculkan empat hal. Pertama, era revolusi industri. Kedua, semakin berkembangnya globalisasi. Ketiga, kebutuhan domestik. Keempat, para generasi milenial. “Perkembangan ini tentu bisa didampingi melalui jantungnya pendidikan, yaitu guru,” ujarnya kepada peserta Raker Smamda.
Perubahan Kurikulum
Dalam pendidikan kurikulum terus bergulir dan berganti. Ia mengingatkan, perubahan ini tak perlu disambut dengan rasa kebingungan. “Kurikulum berubah tapi sebenarnya cara mengajar tidak ada yang terlalu berubah. Hanya perlu terus dikembangkan mengikuti zaman. Nah ini tantangan pendidik, jangan malah dirisaukan,” pesannya.
Smamda yang menjadi kategori sekolah penggerak, menurutnya tentu saja harus tetap mengikuti perubahan. Kurikulum berubah ya diikuti saja alurnya. “Perubahan itu sebuah keniscayaan, tapi yang tidak berubah ya perubahan itu sendiri,” katanya.
Dia juga menegaskan, peran kepala sekolah turut serta dalam mengembangkan dan memajukan pendidikan di setiap sekolah. Kepala sekolah harus bisa melayani. Melayani artinya bisa menjadi teladan yang baik bagi para guru dan siswa. “Top leader itu harus melayani pesertanya,” tuturnya.
Smamda diharapkan bisa fokus mempertimbangkan social need atau kebutuhan masyarakat. Hal ini menjadi salah satu jawaban atau respon dari tantangan yang ada. Pendidikan bukan sekadar melahirkan sarjana kertas, tapi juga menciptakan dan mencetak individu berkualitas. “Kalau kita bicara best process yang penting itu ya guru,” tambahnya.
Dia berharap agar Smamda Surabaya sendiri bisa fokus pada keseimbangan antara non-akademik dan akademik para siswa. “Ini bisa menjadi hal yang bagus jika keseimbangan itu terjaga dengan mempertimbangkan keunikan para siswa,” tandasnya. (*)
Penulis Fibrina Aquatika Editor Sugeng Purwanto