Abdurrahman Ubed, di Hatinya Hanya Ada Dakwah ditulis oleh Abu Nasir, Ketua PDM Kota Pasuruan
PWMU.CO– Saya menulis judul itu bukan mengada-ada, tapi sungguh-sungguh dan menjadi saksi untuknya. Ustadz Abdurrahman Ubed (68) bukan sekadar anggota pimpinan periode sekarang tapi juga Ketua PDM Kota Pasuruan tahun 2005-2010.
Namanya moncer di gelanggang dakwah persyarikatan sejak tahun 1984 ketika saya masih kelas 2 SMA Muhammadiyah. Saya mengenalnya sebagai mualaf Muhammadiyah. Saat mengadakan Studi Islam Remaja Masjid Darul Arqom di Pusat Dakwah Muhammadiyah Kota Pasuruan dan kuliah kader muballigh Majelis Tabligh, dia menjadi pesertanya.
Meskipun dia baru pertama menginjak markas Muhammadiyah namun saya merasa dia sudah jadi mubaligh persyarikatan ini. Dia mampu baca kitab gundul dan Bahasa Arab. Padahal lulusan SLTA.
Kemampuannya itu dia peroleh berkat tekun thalabul ilmi kepada para asatidz di Persis dan Masjid Manarul Islam Bangil seperti Ustadz Mu’ammal Hamidy, Ustadz Umar Fanani, dan lainnya. Dia adalah penerus perjuangan Ustadz Iskandar, Allahuyarham, yang wafat lebih dulu setelah sepanjang hidupnya mengajarkan Islam dan dakwah di Muhammadiyah di Kota Pasuruan dan Bangil.
Di kalangan teman-teman dakwah Ustadz Abdurrahman termasuk istiqomah, keras hati, dan teguh pendirian. Keteguhan dan keistiqomahan ini tertempa sejak ngaji di Bangil dan kajian- kajian dalam studi akidah Islam, studi nilai dasar Islam, dan berbagai training-training akidah antara tahun 1980-1990.
Seingat saya tidak pernah kita keluar bersama kecuali dalam urusan thalabul ilmi dan dakwah. Keras hatinya terlihat tatkala ada kegiatan dan beberapa anggota yang lama ditunggu tidak datang ketika dia menjabat ketua Majelis Tabligh.
”Sudah, kita sobek-sobek saja tah undangan ini?” teriaknya seraya menunjukkan gerakan menyobek kertas undangan.
Kita yang mengenalnya paham betul dengan karakternya sehingga bisa memakluminya. Kelebihan dan kebaikannya menjadi modal dan keberkahan bagi Muhammadiyah dalam membina para pelajar, pemuda, dan jamaah Muhammadiyah di Pasuruan.
Humoris Juga
Selain penguasaan kitab, bacaan al-Qurannya fasih dan suaranya bagus. Untuk suara ini sepertinya memang keturunan keluarga. Adik-adiknya seperti Ustadz HM Baidowi, sekarang ketua Majelis Dikdadmen, dan Ustadz Jufri juga memiliki suara qiroah yang bagus.
Abdurrahman Ubed meski orangnya keras tapi menyenangkan dan humoris. Pernah dalam muhibah naik mobil Pasuruan – Yogya untuk studi pengajaran al-Quran metode AMM Ustadz As’ad Humam, kami dibuat terpingkal-pingkal sampai mules sepanjang perjalanan. Joke-joke segar selalu dia hadirkan di tengah kepenatan selama mata belum terpejam.
Ustadz Abdurrahman Ubed lahir tanggal 11 Desember 1954 di Pasuruan. Dia dipanggil oleh Allah hari Senin malam, 28 Februari 2022, setelah diuji sakit stroke dalam tiga tahun.
Meninggalkan Nurul Hasanah, istri kedua, yang dinikahi setelah istri pertama Hj. Yuniar Heni Nasution wafat setahun yang lalu. Empat putranya: Roni Hidayat, Hendra Wahyudi, Sofyan Hadi dan Faizah.
Bagi putra-putrinya almarhum merupakan ayah yang memiliki spirit tinggi dalam dakwah dan pekerja keras untuk keluarga. Mereka merasa kehilangan sosok panutan dalam keluarga.
Roni Hidayat, putra tertuanya mengatakan, ”Saya ingin ayah bahagia, untuk pembukaan kembali kegiatan Tartil al-Quran setelah pandemi ditempatkan di rumah ayah.”
Sejak tahun 1994 Ustadz Abdurrahman Ubed bersama saya memang membina Jam’iyah Tartil al-Quran di Perumahan Bugul Permai, Tembokrejo dan Masjid Baiturrahman.
Dalam forum ini, al-Quran menjadi fokus kajian. Dipelajari cara membacanya, terjemahan, dan tafsirnya serta kajian hadis yang mendukungnya. Dari jam’iyah itu telah sangat banyak dilahirkan kader-kader Muhammadiyah yang sebagian di antaranya tersebar menjadi pengurus ranting, cabang, dan daerah.
Dalam setiap kajian Ustadz Abdurrahman selalu hadir meskipun hujan, atau tak ada kendaraan. Berbagai upaya dilakukan untuk menghadirinya sebelum ustadz benar-benar tidak mampu akibat sakitnya itu.
Keistiqomahannya inilah yang membuat kita merasa sangat kehilangan seperti yang dirasakan oleh Roni dan adik-adiknya. Itu sebabnya saat pembukaan kembali kajian Tartil al-Quran Tembokrejo, ia minta diadakan di rumah ayahnya pada Januari 2022 lalu untuk menghiburnya. Dan benar, waktu tartil diadakan, dia menyambut jamaah dengan senyum ceria di tengah sakitnya.
Salah satu anggota pimpinan itu hari ini, Selasa, 1 Maret 2022 pukul 09.00 dimakamkan di Pemakaman Umum Gadingrejo diiringi isak tangis keluarga, kerabat, dan duka mendalam sahabat dan ikhwan fillah.
Hari ini Muhammadiyah Kota Pasuruan kehilangan lagi sosok penting di persyarikatan. Penting dalam penunaian tugas kepemimpinan, penting dalam dakwah dan penguasaan kitab-kitab salafus saleh.
Jalan dakwah yang dia pilih semoga terbalas keindahan tempat di alam barzah, jalan kemudahan hisab Allah kelak di akhirat dan memperoleh ganjaran pahala dan surga Allah swt. Aamiin.
Kami menjadi saksi: tidaklah engkau keluar dari rumah untuk berhijrah, menggerakkan persyarikatan, berdakwah amar makruf nahi munkar, mencerahkan umat, membacakan kepada mereka ayat ayat Allah kemudian engkau mati kecuali telah ditetapkan bagimu pahala di sisiNya. Aamiin
وَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (An- Nisa: 100)
Semoga sepeninggalmu, lahir generasi penerus perjalanan dakwah untuk persyarikatan dan umat. Aamiin.
Editor Sugeng Purwanto