PWMU.CO – Kenapa harus beli di Mekah-Madinah, jika barang yang dibeli di Pasar Tanah Abang juga sama-sama Made in China? Tanya Imam Shamsi Ali.
Alumnus Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul Arqam, Makassar, itu menyampaikannya dalam Pengajian Virtual Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Jember, Sabtu (26/2/22).
Dalam pengajian bertema Perkembangan Dakwah Islam di Amerika Serikat tersebut, Dr Muhammad Imam Shamsi Ali Lc MA mengatakan, spirit amar makruf nahi munkar adalah darah daging kita warga Muhammadiyah. “Maka di manapun kita berada, spirit tersebut tidak boleh dilupakan,” ujarnya.
Terkait dengan spirit tersebut, salah satu moto yang sering disebut di Muhammadiyah yaitu fastabiqul khairat. “Moto tersebut sangat relevan dalam dunia global sekarang. Setidaknya ada tiga kaitan fastabiqul khairat dengan kemajuan dunia global,” ungkapnya.
Cukup WA
Pertama, kata dia, adalah kecepatan. Karakter dunia sekarang, segala sesuatu dapat dilakukan dengan cepat. Dalam dunia Informasi dan transportasi, semua serba cepat dan instan. “Termasuk majelis taklim yang kita lakukan sekarang ini. Tidak perlu saya beli tiket untuk terbang dari New York ke Jember, cukup lewat WhatsApp (WA),” tuturnya.
Dia lalu menjelaskan arti kata fastabiq-istibaq adalah berlomba, dan Muhammadiyah mempunyai semangat untuk melakukannya. “Muhammadiyah harus berada di garda terdepan,” tegasnya.
Kedua, ungkapnya, adalah interconnectedness yakni interdependent atau keterkaitan, saling ketergantungan. Manusia individu atau kelompok, satu dengan lainnya ada hubungan, korelasi, yang sangat kuat. Manusia tidak bisa hidup sendiri dan harus membangun relasi. Pemimpin yang sukses itu yang bisa membangun koneksi,” jelasnya.
Imam Shamsi Ali lalu memberi contoh, kelebihan Barrack Obama ketika menjadi presiden Amerika adalah mampu membangun relasi dengan sekutu-sekutunya dengan baik. “Obama sadar dunia global tidak bisa dipisah-pisah. Semua tergabung seperti tidak ada dinding pemisah dalam keterbukaan media dan informasi. Buktinya adalah Ketika Obama pernah berkunjung ke Mesir, Turki, Indonesia, Prancis, bahkan Afrika,” paparnya.
Hal tersebut, lanjut dia, berbeda dengan Donald Trump yang meninggalkan sekutu-sekutunya, karena merasa paling hebat, yang itu merupakan bagian dari semangat white supremasi,” imbuhnya.
Kenapa Harus Beli di Mekah?
Bagi warga Muhammadiyah, karakter ketiga ini sangat penting, yakni semangat untuk berkompetisi dalam segala lini kehidupan yang sangat dahsyat. “Karena kompetisi sedang terjadi di dunia global sekarang. Dalam bidang ekonomi ada Amerika dengan China, sedang di bidang militer pertahanan ada Amerika dengan Rusia. Pertanyaannya, kita berada di posisi mana, di tengah kompetisi ini?“ tanyanya.
Imam of Jamaica Muslim Center, New York, USA, itu lalu menjelaskan, jika ada dua kemungkinan. Yakni Ikut dalam kompetisi dan menjadi bagian dari salah satunya, atau terlindas dalam dahsyatnya kompetisi dunia.
Imam Shamsi Ali lalu mencontohkan, orang Indonesia ketika beribadah haji pasti beli oleh-oleh dari Mekah atau Madinah. Padahal bisa beli di pasar Tanah Abang. “Ketika sampai dirumah dan dibuka, ternyata sajadah, tasbih, baju arab, serban semuanya made in China,” ujarnya
Kemudian Imam of Jamaica Muslim Center, New York, USA itu membacakan firman Allah dalam Surat al Muthaffifin ayat 26: وَفِى ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ ٱلْمُتَنَٰفِسُونَ , yang artinya, “Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.”
Lalu surat Ali Imran ayat 133:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,”
Dia menilai, orang Islam di Indonesia hanya menjadi objek dalam kompetisi dunia. “Tapi alhamdulillah, Muhammadiyah punya semangat untuk berlomba,” pungkasnya. (*)
Penulis Heri Siswanto. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.