PWMU.CO– Sukirno dikenang sebagai kader Muhammadiyah Lamongan yang lurus. Bukan hanya di lapangan dakwah, di pekerjaannya sebagai pegawai negeri juga dikenal lurus tanpa kompromi. Karena itu dia mendapat julukan pejabat angka satu. Angka yang gak ada garis bengkoknya.
Drs H Sukirno MM wafat pada tanggal 7 Agustus 2021 dan dimakamkan sesuai protokol kesehatan di TPU Islam Malang dalam usia 64 tahun.
Dia aktivis Muhammadiyah yang ditunjuk menjadi Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan (LPPK) PDM Lamongan ketika pertama kali dibentuk periode 1990-1995. Tugasnya pengawasan keuangan terhadap Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Saat itu dia dibantu Wakil Ketua Drs Muhaimin Iqbal, Drs Syam Rudianto. Sekretaris Drs Resno Syaifurrahman dan anggota Drs Machin
Selesai masa tugasnya mendapat amanah sebagai Wakil Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PDM Lamongan pada tahun 1995-2000. Periode 2010-2015 lantas diangkat menjadi Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum didampingi M Zuhdi Mukromin MKes sebagai Sekretarisnya
Sukirno lahir di Desa Karanggeneng, Lamongan pada tanggal 31 Maret 1957. Ia anak pasangan Supardi dan Saminten. Kedua orangtuanya adalah aktivis.
Dia bersekolah di SDN Karanggeneng, melanjutkan ke SMP Muhammadiyah 5 Karanggeneng dan lulus SMEA Pawiyatan Surabaya.
Kuliah di STIKIP PGRI Lamongan jurusan Pendidikan Ekonomi. Sedangkan pasca sarjananya ditempuh di Magister Manajemen Universitas Gajayana Malang.
Pernikahannya dengan Hj. Lilik Nurul Amaliyah SPd, guru SD Negeri dikaruniai tiga anak yaitu Ela Ariesita Kusumaningtiyas MKep, dr Irma Nur Sukmawati, dan M. Wildan Khakim ST.
Istrinya, Lilik Nurul Amaliyah adalah putra tokoh Masyumi Lamongan, H Sanoesi, yang aktif di Muhammadiyah. Ayahnya pedagang besar yang dermawan. Ibunya Hj. Sunarijati binti H Mukri adalah aktivis Aisyiyah Cabang Lamongan.
Karier PNS
Sukirno setelah lulus SMEA Pawiyatan Surabaya mendaftar pegawai negeri. Diterima menjadi staf Dinas Koperasi Lamongan. Saat jadi pegawai ini dia juga kuliah di STIKIP PGRI Lamongan.
Beberapa jabatan penting pernah disandang, antara lain Kepala Seksi Pengawasan Koperasi Kabupaten Lamongan. Lalu pindaj menjadi Kasi Prodatin Dinas Koperasi Provinsi Jatim.
Dari Provinsi, dia diangkat menjadi Kepala Dinas Koperasi Kota Malang. Beberapa tahun kemudian mutasi jadi Kepala Dinas Pertanian Kota Malang, Kepala Dinas Kesbanglinmas Kota Malang, Asisten I Pemkot Malang, staf Ahli Bidang Hukum dan Pemerintahan Pemkot Malang. Pensiun tahun 2013.
Meski jadi pejabat, Sukirno tetap aktivis dakwah yang rajin shalat malam dan shalat Dhuha. Juga rajin puasa Senin Kamis. Kadang puasa Daud.
Pukul 02.00 dini hari sudah bangun untuk shalat malam, memperbanyak istighfar, dan membaca al-Quran.
Kesaksian Orang Dekat
Drs HM Natsir MBA, Sekretaris MPKU periode 1990 – 2010 menjelaskan, temannya ini sangat disiplin. Sosok pimpinan yang visioner. Ia menguasai masalah dan mempunyai standar tinggi.
”Saat jadi ketua MPKU bisa mengoordinasi semua kemampuan yang dimiliki anggota MPKU demi kemajuan AUMKes di Lamongan termasuk di RSM Lamongan,” ujarnya.
Natsir menyebut, saat itu ibarat tiada hari tanpa rapat dengan pengelola rumah sakit dan klinik maupun dengan anggota MPKU. ”Dia suka mengunjungi AUMKes melihat perkembangannya,” ujarnya.
Sewaktu membangun RS Muhammadiyah Lamongan, dia sangat teliti mengawasi kualitas pekerjaan. Setelah itu pengembangan manajemennya.
”Yang belum terwujud keinginannya yaitu setiap kecamatan harus berdiri klinik Muhammadiyah,” kata Nasir.
Sementara HM Zuhdi Mukromin MKes, Sekretaris MPKU PDM Lamongan periode 2010-2020 menyaksikan Sukirno pribadi yang menyenangkan, kebapakan, bisa ngemong, sangat perhatian terhadap agama, dan sering mengingatkan dalam hal hal kebaikan.
”Kepemimpinannya tegas dan sangat bijak. Lurus, menguasai bidang perumahsakitan dan perklinikan. Pandangannya jauh ke depan, bahkan konsep RSM Lamongan 50 tahun ke depan telah rumuskan,” ujarnya.
Dia merancang RSM Lamongan menjadi rumah sakit islami sesuai standar MPKU. ”Beliau memang selalu shalat berjamaah di masjid, shalat tahajud, bahkan sering mengingatkan temannya,” katanya.
”Lisannya basah untuk dzikir. Insyaallah tidak pernah berkata yang tidak bermanfaat. Prinsip hidupnya lebih baik diam daripada menimbulkan dosa. Menjauhkan dari ghibah dan selalu tabayyun,” ungkap Zuhdi Mukromin
Ela Ariesita Kusumaningtiyas MKep, putri pertamanya, bercerita ayahnya berusaha meneladani aspek kepribadian Rasul. Sosok suami dan ayah yang amanah, jujur, tegas, lurus, apa adanya, penyayang.
Dia ingat ayahnya mengamalkan sedekah sebelum Subuh dengan memasukkan infak ke kotak amal. Dini hari mandi lalu shalat malam, mengaji. Setelah itu keluar rumah melihat langit lalu berdoa.
”Ayah biasa mengaji minimal tiga juz sehari. Lantas membaca buku. Menjaga wudhu, tilawah sebelum tidur dengan membaca al-Mulk, membaca al-Kahfi setiap Jumat,” ujar lulusan perawat Unair ini. (*)
Penulis Fathurrahim Syuhadi Editor Sugeng Purwanto