PWMU.CO – Baru dilantik 11 Januari 2017, hari ini langsung tancap gas. Begitulah kinerja direktur baru Rumah Sakit Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo dr Tjatur Prijambodo MKes.
Senin (16/1) pagi, bertempat di Aula RS milik Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Sidoarjo itu, Tjatur menggelar rapat bersama stafnya. Agendanya pun strategis: rapat untuk mempersiapkan RSA Siti Fatimah (RSA SF) Tulangan sebagai rumah sakit berkemajuan.
(Berita terkait: Langkah Awal Wujudkan Fakultas Kedokteran, UMSIDA Jalin Kerjasama dengan RSA Siti Fatimah)
Dengan tema keren ‘The Past ‘n’ The Future RSA SF’, rapat ingin melihat kondisi terakhir rumah sakit dan bagaimana rencana strategis ke depan. “Salah satunya adalah menjadikan RSA SF sebagai rumah sakit pendidikan untuk Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang tak lama lagi akan segera berdiri,” tutur Tjatur, yang juga pengasuh rubrik kesehatan di majalah Matan.
Dalam kesempatan itu, Tjatur melihat kondisi RSA SF melalui metoda SWOT yaitu menganalislis kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats).
Kepada pwmu.co, Tjatur menjelaskan 4 langkah yang harus dilakukan setelah melakukan analisis SWOT, yaitu penguatan di internal organisasi, menambah produk atau jasa baru yang masih terkait dengan core bussiness, produk rumah sakit ke wilayah yang lebih luas (target market baru) dan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada.
Dokter yang juga Ketua Badan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (BP2N) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur ini menyampaikan pentingnya menjalankan kaidah ber-amal usaha di Muhammadiyah. “ Hubungan antara pemilik, penyelenggara, dan pengelola, harus sesuai dengan kaidah yang ada di Muhammadiyah”.
Pemilik yang dimaksud Tjatur adalah PDA Sidoarjo. Sedangkan Majelis Kesehatan PDA Sidoarjo adalah penyelenggara. Dan Direktur RSA SF dan jajarannya sebagai pengelola. “Jika sinergi ini berjalan dengan baik, tidak overlapping dan masing-masing pihak menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kaidah, maka percepatan RSA SF menjadi rumah sakit yang berkemajuan akan segera terealisasi,” ungkap Tjatur.
Ketua Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) Kurniawan AMd Kep berharap, dengan adanya nakhoda baru, serta dengan semangat dan dedikasi tinggi semua pihak, rumah sakit yang profesional, inovatif, dan Islami akan bisa terwujud.
“Dengan kesiapan di internal rumah sakit dan dukungan dari semua pihak, dalam waktu dekat kita akan bekerjasama dengan BPJS,” harap drg Herlia R, Kabid Yanmed RSA SF. Menurutnya, menjadi provider BPJS adalah sebuah keniscayaan sebagai bagian dari progam Jaminan Kesehatan Nasional. Sementara itu, Kabag Administrasi Sri Rakhmawati menyampaikan pentingnya rencana kerja yang terstruktur dan terukur.
Tjatur berharap team work yang sudah terjalin dengan baik, bisa lebih dijaga dan ditingkatkan. (MN)