Tak Ada Ceritanya Muhammadiyah Tidak Bisa Bayar Utang, Liputan kontributor PWMU.CO Muh Isa Anshori.
PWMU.CO – Suasana Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Pacitan penuh gelak tawa, Ahad (6/3/2022). Sumbernya dari Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr KH M Saad Ibrahim MA.
Humor Pak Saad—sapaan akrabnya—mewarnai ulasan khasnya yang mencerminkan kedalaman analisis dan keilmuannya terhadap persoalan Muhammadiyah. Ini bermula ketika dia menanggapi sambutan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pacitan Suprayitno Ahmad.
Welasi ‘Yatim-Piatu’
Sebelumnya, Suprayitno menyatakan Muhammadiyah Pacitan seperti yatim piatu. “Cedak watu adoh ratu,” kata dia mengutip ungkapan dalam bahasa Jawa.
Maksudnya, jika ditinjau dari geografis, lokasi antara mereka dengan PWM dan PWA terpaut jauh. Demikian juga dengan minimnya potensi sumber daya di Pacitan yang bukan tergolong kota besar dan kaya.
Maka, Pak Saad berkomentar, “Pak Ketua PDM Pacitan tadi melihat yatim piatu dari sisi melas, biasanya minta diwelasi,” ujarnya bersambut tawa peserta.
Pak Saad lantas memandang terminologi yatim dari sisi positif. “Muhammad lahir dalam keadaan yatim, umur enam tahun yatim piatu tetapi kemudian dipilih Allah menjadi Nabi,” jelasnya serius.
Dengan serius, dia menegaskan, “Ini soal mindset atau dari sisi mana kita melihat sesuatu!”
Menurutnya, di era sekarang sudah tidak bisa ada batasan kecil, miskin, ataupun terpencil. “Semua sudah terjangkau dan tanpa batas karena ada IT,” jelas Saad.
Berani Berutang
Kemudian, Pak Saad mencontohkan Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla). “Saya sering menyampaikan, Umla itu University of Muhammadiyah Los Angeles,” kelakarnya yang lagi-lagi bersambut tawa peserta.
“Tapi ini serius! Kita berharap Universitas Muhammadiyah nantinya bisa berkelas internasional,” tegasnya serius.
Pak Saad menilai, sebelumnya, Lamongan sama dengan Pacitan. Baru beberapa tahun terakhir lepas dari kategori kabupaten miskin di Jawa Timur.
Gelak tawa seisi ruangan kembali terdengar ketika Pak Saad mengungkap cara Muhammadiyah Lamongan bisa maju. “Salah satunya, karena Muhammadiyah Lamongan berani berutang,” ungkapnya.
Untuk membangun dua Rumah Sakit Muhammadiyah milik Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babad Lamongan, sambungnya, Muhammadiyah berutang Rp 65 miliar. Bahkan dia mengungkap, “Sekarang masih punya utang Rp 50a-n miliar.”
Dia lantas menyilakan PDM Pacitan berutang. “Kalau belum lunas periode sekarang, biar ditanggung kepemimpinan periode berikutnya!” imbauan ini sukses menarik gelak tawa peserta.
Akhirnya, Pak Saad menegaskan boleh berutang. “Tidak ada ceritanya Muhammadiyah tidak bisa bayar utang dan utang boleh diwariskan!” ujarnya serius namun peserta tetap tertawa. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni