PWMU.CO– Pendekar Tapak Suci Banyuwangi Pujiono RM (58) meninggal dunia, Selasa (8/3/2022).
Dia mantan Ketua Pimda 20 Tapak Suci Banyuwangi periode 2006-2020. Rumah duka di Dusun Darungan Tegal Arum Sempu didatangi petakziyah tetangga, rekan, dan warga Muhammadiyah.
Kabar duka yang tersebar di WAG Muhammadiyah Banyuwangi itu memang mengejutkan bagi para aktivis Tapak Suci, PDM dan PDA setempat.
Semenjak tampuk pimpinan Pimda 20 berganti, sempat ada kabar Abah Puji, panggilan akrabnya, masuk rumah sakit. Kabar itu lewat adik iparnya yang berdinas di RSI Fatimah Banyuwangi.
Pria kelahiran Malang 5 Juni 1964 wafat setelah operasi infeksi usus dan keluhan jantung. Dia meninggalkan istri, Tuminah, empat putra dan putri, serta empat cucu.
Selama masa kepemimpinan Abah Puji, Tapak Suci Putera Muhammadiyah Banyuwangi banyak prestasi. Dia melahirkan pendekar Tapak Suci Banyuwangi dan kader-kader muda. Pesilat binaannya sering juara pertandingan.
Seperti Salsabilla Firdausiyah Irfida, mahasiswi Universitas Terbuka Jember Prodi S1 PGSD karena prestasinya memperoleh beasiswa bebas SPP. Dia piawai bermain tunggal seni tangan kosong maupun menggunakan senjata.
Rumahnya di Dusun Ndarungan Tegal Arum dijadikan padepokan silat. Sarana menggembleng dan mencetak kader penerus Tapak Suci. Ketua Pimda 20 Yuswan Bahtiar (50) yang sekarang menjabat adalah kader penerusnya.
Aktivis Muhammadiyah Rizky Andaru Setiawan SH menuturkan, Abah Puji bukan hanya guru, tapi juga orangtua. ”Kesabaran, ketulusan, dan keikhlasannya membimbing pesilatnya juga membesarkan Tapak Suci Banyuwangi,” ujar Rizky pesilat Tapak Suci yang menjadi paralegal Majelis Hukum dan HAM PDM Banyuwangi.
Abah Puji juga mengelola Taman Pendidikan Al-Quran Uswatul Wastqo dan pembina Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Banyuwangi.
Pendekar Pujiono meninggalkan empat anak. Putra sulung, Fajar Askarullah, sudah menikah dengan Linda Budiana dikaruniai tiga putri dan sekarang tinggal di Jember.
Putra kedua, Ammar Jundullah menikah dengan Eka Mareta dan dikaruniai satu orang putri, tinggal di Sempu Banyuwangi.
Putri ketiga, Zuhrotul Diniyah sudah bekerja dan putri keempat, Sa’diyah Azahroh, masih duduk di bangku setara SMA yang masih tinggal dengan kedua orang tuanya. (*)
Penulis Yulia Febrianti Editor Sugeng Purwanto